Lihat ke Halaman Asli

Karnaval

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

seorang pecumbu yang buta
mengenali kecantikan bunga dari wanginya
meraba, dan tak hendak menyimpulkan
sebuah kebahagiaan

di penghujung april yang tenteram
seorang prajurit merindukan desing maut
satu inci dari telinga kirinya
di sebuah lembah yang kini
menjadi milik penguasa kesedihan

lelah dalam kesempurnaan
sebuah kata mencair ke dalam puisi
dan minta diucapkan setitik airmata
di bilik pengakuan dosa

sebutir embun di ujung daun
membuat udara bergetar
hari-hari menyapa setiap dahan
dengan suka cita para bocah
dalam sebuah karnaval

pada nyanyian si pelantun rahasia
tak ada bedanya cahaya lampu kristal
di sebuah pendapa, atau cahaya kunang-kunang
di belantara, di mana keanggunan malam
melebarkan sayapnya

__

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline