Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Kang Ibing

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_233271" align="alignleft" width="125" caption="foto dari google"][/caption] RADEN Aang Kusmayatna Kusumadinata atau Kang Ibing, lahir di Sumedang, 20 Juli 1946. Ia adalah seorang pelawak, penyiar, aktor. Setamat dari SMA melanjutkan ke Jurusan Bahasa Rusia Fakultas Sastra UNPAD, sampai lulus sarjana muda. Tahun 1968 di Bandung bermunculan radio swasta niaga, antara lain Radio Mara 27. Ibing memulai karirnya sebagai penyiar dan pengasuh acara obrolan rinéh (santai) yang kocak namun sarat dengan kritik di stasiun radio tersebut. Dengan lentong Sunda yang khas, obrolan Ibing di Radio Mara yang diselingi menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan pendengar dengan gaya ngalér-ngidul seénaknya, amat digemari. Salah satu acaranya di radio ini adalah “Kios Cinta Radio Mara”. Di radio inilah ia mulai dikenal sebagai Kang Ibing. Awalnya, karena di Radio Mara seluruh penyiar diharuskan memakai nama samaran. Seperti Bang Domba, Bang Kalong, Bang Gapleh, dll. Nah, Ibing sendiri kalau siaran suka joget atau ngibing, jadilah ia punya nama panggilan Kang Ibing. “Orang tua saya pun tadinya tidak tahu, bahwa Kang Ibing itu anaknya,” demikian katanya pada majalah Monitor, tahun 1982. Lewat siaran radio itu pula, Kang Ibing bertemu jodohnya, Nike Wahyuningsih. Suatu hari saat sedang siaran, Ibing menerima surat dari Nike yang ingin meminjam kaset yang biasa diputar kalau Ibing sedang siaran. Dengan hati penasaran, Kang Ibing menjumpai cewek itu dengan membawa kaset permintaannya. Sejak itulah keduanya sering bertemu, kemudian pacaran hingga menikah. Ketika masih mahasiswa ia pernah menjadi Ketua Kesenian Damas, penasehat Departemen Kesenian UNPAD dan asisten dosen Fakultas Sastra. Di Damaslah, Ibing mengetahui bakatnya yang besar sebagai pelawak. Di sana ia biasa heureuy kepada teman-temannya, dan ternyata banyak yang menyukai dan mendorong dirinya untuk terjun sebagai pelawak. Di Damas pula, Ibing mengasah kemampuannya dalam nembang lagu cianjuran, hingga ia benar-benar menguasai teknik bernyanyi yang benar. Selama hidupnya, Kang Ibing telah mengeluarkan banyak album lagu, baik wanda Jaipongan bersama Hj. Ijah Hadijah, pop Sunda, dan pop Indonesia. Selain bernyanyi, bersama de Kabayan, Kang Ibing pun menghasilkan beberapa kaset lawak yang disambut baik di pasaran. Seperti album “Kang Maman dan Gadis Jujur”, “Tukang Loak”, “Kang Maman dan Anak Anjing”, dll. Bersama Asep Sunandar Sunarya, ia pun menghasilkan kaset wayang bodoran, dan bersama Utun-Dekok, Kang Ibing menghasilkan album pantun “Nyi Roro Inem”. Ia pun pernah rekaman dengan Gepeng dari Srimulat. Di album ini Kang Ibing bernyanyi lagu dangdut. Selain bernyanyi, Ibing juga menciptakan lagu Sunda. Lagu-lagunya sangat khas dengan rumpaka yang kocak. Kebanyakan lagunya, seperti Koboy Kolot, Cinta Kilat, Calon Ratu, Pacar, dll, dinyanyikan oleh grup Bimbo. Saat terjun ke dunia film, Ibing langsung dipilih sebagai pemeran utama dalam film “Si Kabayan”, pada tahun 1975.  Ia diajak oleh produsernya, Tuti S dari Tuti Jaya Pictures. Saat itu, Tuti S sedang mencari pemain yang cocok untuk dijadikan peran utama dalam film tersebut. Untungnya ada yang menunjukan bahwa di Radio Mara ada salah seorang penyiar bernama Ibing yang mungkin cocok untuk jadi Si Kabayan. Saat bertemu dengan Ibing, Tuti S langsung merasa cocok, maka jadilah Ibing seorang bintang film berpasangan dengan Lenny Marlina. Sejak itu, Ibing seakan identik dengan sosok Si Kabayan. Penggemar berat Bing Slamet ini, semakin terkenal ketika bersama dengan Aom Kusman, Suryana Fatah, Wawa Sofyan, dan Ujang, membentuk kelompok lawak “de Kabayan” pada tahun 1975. Nama de Kabayan sendiri, didapat setelah Ibing membintangi film “Kabayan” yang disambut baik oleh penonton, terutama di Jawa Barat. Grup lawak ini kemudian tampil di TVRI, satu-satunya televisi pada saat itu, yang mengantarkan gaya lawakannya ke hadapan pemirsa se-Nusantara. Memakai sontog, berkaus belang dengan kopiah dipasang miring, menjadi ciri khas penampilan Ibing bersama de Kabayan. Lebih dari itu, ekspresi wajahnya yang polos dan dungu dengan pengucapan yang berputar-putar, membuat lawakan Ibing terasa hangat dan renyah bukan karena tingkah dan ucapan yang berlebihan. Ibing kemudian menjadi maskot grup de Kabayan. Setelah membintangi film “Kabayan”,  Ibing berkali-kali main film, antara lain dalam Ateng the Godfather (1976), Apanya Dong (1985), Si Kabayan dan Gadis Kota (1990), Nyegik (1990-an), dll. Menjelang hari tuanya, Kang Ibing banyak memberi ceramah agama, dan diundang untuk berdakwah ke berbagai daerah. Kini, Kang Ibing telah tiada. Ia meninggal hari Kamis (20/8), pukul 20.45 WIB di RS Al Islam, Bandung. Semoga ia diampuni dosanya, diterima iman Islamnya di sisi Allah SWT. Amin. (Nazhar/pelbagai sumber)***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline