Lihat ke Halaman Asli

Nazar Amrullah

Magister Manajemen Pendidikan

Muslim Harus Tahu, Program Penting Pribadi Pasca Sholat Wajib!

Diperbarui: 16 Mei 2024   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.tokopedia.com/blog/keutamaan-sholat-tepat-waktu-bagi-muslim/?utm_source=google&utm_medium=organic

Dakwah merupakan aktifitas yang bernilai tinggi dalam doktrin agama Islam. Argumen ini tersurat pada Q.S. Fushilat ayat 33 yang menyatakan bahwa dakwah atau menyeru kepada Allah adalah sebaik-baik perkataan. Sebagai aktifitas menyeru dan mengajak kepada agama Allah, dakwah tentunya harus didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Hampir tidak ditemukan seorang dai pun yang tidak menyandarkan model dan konsep dakwahnya kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Namun faktanya model dakwah yang didapati saat ini sangat bervariasi meskipun Al-Qur’an yang menjadi sumbernya hanya satu, dan Nabi Muhammad yang menjadi figur teladan juga tidak berbilang. Variasi dan keragaman model dakwah yang ada tentunya berangkat dari pemahaman dan cara pandang masing-masing pihak terhadap dalil-dalil agama (Rahman, 2018). 

Salah satu metode dari menyeru kebaikan dalam sudut pandang kaum muslim yakni sebuah gerakan dakwah pemberdayaan masyarakat berbasis masjid telah sukses dijalankan Rasulullah Saw. Beliau telah berhasil mengubah dan membangun sebuah masyarakat muslim melalui gerakan dakwah dari masjid Nabawi di Madinah. Menurut Gazalba dalam Nurjamilah (2017) yang menyatakan bahwa pada masa keemasan Islam, di samping sebagai pusat ibadah, masjid telah mampu menjadi pusat kebudayaan masyarakat Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Tike (2018) yang menyatakan bahwa pelaksanaan dakwah berbasis masjid yang difungsikan sebagai tempat segala kegiatan. Sehingga hal ini membuktikan bahwa masjid menjadi pusat kegiatan segala bidang kehidupan masyarakat. 

Maka dari rencana gerakan dakwah akan dilakukan melalui literasi berbasis masjid dengan tujuan untuk meningkatkan literasi generasi muda. Karena hal ini sangat dibutuhkan saat ini terutama bagi diri sendiri maupun bangsa dan Negara. Mengutip hasil survey UNESCO (2011) terhadap budaya membaca di negara- negara ASEAN, terungkap fakta bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia berada pada peringkat paling rendah dengan angka 0,001 yang maknanya bahwa dari seribu penduduk Indonesia, hanya satu memiliki budaya membaca tinggi. Kajian lain menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia yang tertarik untuk melakukan aktivitas membaca hanya 17,66%, sedangkan yang memilih yang menyenangi aktivitas menonton televisi mencapai 91.67%. Kondisi demikian menunjukkan bahwa perbandingannya sangat menyolok yakni hanya 1 orang anak Indonesia yang menyukai aktivitas membaca dan 10 orangnya yang menyenangi kegiatan menonton televisi, (BPS, 2012). 

Dusun Jembatan Kembar merupakan salah satu dusun yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat. Jarak tempuh Dusun ini ke pusat Kota Mataram sekitar 30 menit serta jarak tempuh sekitar 45 KM. Dusun ini sangat dekat dengan penyebrangan Lombok ke pulau Bali. Penduduk di Dusun ini rata-rata pekerjaan sangat bervariasai seperti pedagang, petani, dan sopir. Dusun ini sangat dekat dengan sarana dan prasarana pendidikan sehingga memudahkan untuk sekolah. Akam tetapi sayang sekali sebagian masyarakat sangat kurang menerima dakwah secara instensif bahkan ini yang membuat kebiasaan para remaja melakukan penyimpangan sosial seperti minuman keras, judi, pacaran, dan mencuri. Selain itu pendidikan ilmu pengetahuan umum bagi generasi muda sudah memenuhi akan tapi sayang pendidikan agama sangatlah kurang sehingga perlu solusi untuk memecahkan permasalahan ini. 

Mengantisipasi semakin meluas dan berkembangnya minat membaca yang rendah anak-anak Indonesia, gerakan pendidikan literasi baca tulis di sekolah tidak lagi sebagai program pilihan, melainkan menjadi tuntutan secara nasional (Widiade, 2020). Akan tetapi program yang ditawarkan di sini ialah melalui strategi literasi dengan pendidikan agama Islam (dakwah) yang berpusat di masjid Aq-Ramul Haq Jembatan Kembar. Maka dari itu penulis memberikan solusi aplikatif melalui generasi muda dengan judul “ Program 4 M Pasca Sholat Wajib Bagi Generasi Muda Berbasis Masjid Sebagai Sarana Dakwah Untuk Meningkatkan Literasi Di Dusun Jembatan Kembar, Lombok Barat”. 

Program 4 M (Membaca, Mendengar, Menulis, dan Menyampaikan ) adalah salah satu solusi untuk menyebarkan Islam secara ofline berabasis masjid yang menjadi strategi dakwah konvensional. Walaupun demikian strategi ini sangat dibutuhkan saat ini terutama di dusun dikarenakan literasi dakwah serta pengetahuan generasi muda terkait dengan dakwah melalui history (sirah nabawiyah). Lokasi program ini berbasis masjid yang berlokasi di dusun Jembatan Kembar Desa Jembatan Kembar timur kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun pihak yang terlibat dalam program ini terdiri dari pendidik, peserta didik, remaja masjid, pemerintah, dan masyarakat. Pertama, pendidik dalam hal ini ialah mahasiswa yang bertempat tinggal di dusun yang menjadi penggerak dalam program ini dan menjadi penyusun konsep acara dalam program 4. Kedua, peserta didik (generasi muda) sebagai murid atau sasaran dakwah yakni yang bertempat di dusun tersebut yang sedang menempuh pendidikan dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Ketiga, remaja masjid yakni sebagai mitra kerja dalam program ini sebagai pendukung dikarenakan program ini berbasis masjid. Selain itu remaja yang sudah memenuhi kriteria akan dioptimalkan bergabung menjadi kelompok pendidik. Keempat, pemerintah setempat yang dalam hal ini kepala dusun mendukung dan membantu program ini untuk di komunikasikan ke pihak desa. Dan terakhir, masyarakat setempat sebagai elemen yang sangat membantu program ini baik secara materi maupun non-materi. 

Adapun sistem pembelajaran dalam program ini akan dilaksanakan pasca sholat wajib yakni 5 waktu (Subuh, Dzuhur, Atsar, Maghrib, dan Isya). Durasi waktu pertemuan sebanyak 5 kali dengan sekali pertemuan itu sekitar maximal 20 menit. Selain itu kelompok dibagi menjadi 3 yakni kelompok jenjang SD, SMP, dan SMA dengan tujuan untuk memudahkan interaksi dan pemahaman bagi masing-masing jenjang. Untuk menunjang program ini maka perlu dibutuhkan alat penunjang seperti buku-buku islam, sound system, spidol, buku, polpen, meja belajar, papan tulis, LCD, dan monitor. Implementasi program ini ada beberapa tahapan yakni persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan pertama yakni persiapan dimana mempersiapkan pendidik, target peserta didik, komunikasi dengan pihak kampung yakni kepala dusun, kemudian kerja sama dengan remaja masjid serta mempersiapkan saranan maupun prasarana pendukung dalam program ini. kemudian tahapan pelaksanaan yakni tahap dimana program ini di awali dengan salah satu anggota kelompok untuk membacakan sirah nabawiyah dengan waktu maximal 5 menit. Kemudian setelah itu semua anggota dalam kelompok tersebut mendengarkan. Selain itu mereka yang mendengarkan sekaligus menulis hal atau point penting dari materi tersebut. Setelah itu masing-masing yang anggota mencatat harus menyampaikan atas apa yang mereka. Tahap terakhir yakni tahap dimana seorang pendidik mengevaluasi setiap kelompok yang di pegang pasca program tersebut sekiranya sampai mana perkembangan terutama dalam pemahaman mereka secara pengetahuan agama maupun secara keterampilan seperti belajar public speaking. 

Setiap program yang dibuat memilki kekurangan dan kelebihan karena kondisi dan situasi sasaran program. Begitu juga dengan program yang penulis yang tawarkan dengan kekurangan yakni masih terkesan tradisional sehingga akan dikhawatirkan akan membosankan. Sedangkan kelebihan program yakni menggunakan model dakwah bervariasi dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik sehingga memudahkan untuk menrima materi yang disampaikan. Maka dari itu melalui program 4 M ini diharapkan nanti akan muncul model dakwah selain melalui strategi literasi sehingga penyebaran Islam (dakwah) sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Selain itu program ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan agama terhadap generasi muda lebih lagi dapat meningkatkan literasi sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Selain itu semua elemen dapat bekerja sama serta mendukung program ini terutama pemerintah setempat baik materi maupun non-materi.

Referensi

Rahman, H. (2018). Dakwah Pra Kenabian: Reorientasi Dakwah Melalui Pendekatan Historis. Lentera, 2(2).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline