Di tengah perubahan dinamika dunia kerja yang semakin cepat, Gen Z menghadapi tantangan besar dalam menentukan jurusan pendidikan yang tepat. Fenomena pengangguran di kalangan Gen Z meningkat, sebagian besar disebabkan oleh pemilihan jurusan yang kurang tepat.
Data statistik menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan muda, khususnya Gen Z, meningkat secara signifikan. Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran terbuka di kalangan pemuda berusia 20-24 tahun mencapai 17,66% pada tahun 2023. Banyak dari mereka yang memiliki gelar akademis, namun tidak dapat menemukan pekerjaan yang relevan dengan bidang studi mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa pemilihan jurusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri berkontribusi signifikan terhadap tingkat pengangguran yang tinggi.
Penyebab utama salah jurusan yaitu kurangnya informasi dan bimbingan, perubahan teknologi yang cepat di dunia kerja, serta tekanan sosial dan ekspetasi. Ketidaksesuaian antara pendidikan dan pasar kerja menyebabkan banyak lulusan kesulitan menemukan pekerjaan yang cocok. Mereka yang salah jurusan seringkali harus mengambil pekerjaan di luar bidang studi mereka, yang umumnya kurang stabil dan berpenghasilan rendah. Selain itu, mereka juga cenderung menghadapi kesulitan dalam berkembang secara profesional.
Studi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa lulusan yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan mereka cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih rendah dan peluang karir yang lebih terbatas. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu, tetapi juga mengurangi produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan.
Sehingga dibutuhkan beberapa upaya untuk mengatasi masalah salah jurusan antara lain yaitu peningkatan bimbingan karir, pendidikan berbasis keterampilan, kolaborasi dengan industri, fleksibilitas dan pembelajaran sepanjang hayat, serta peningkatan akses informasi.
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai menyesuaikan kurikulum mereka dengan kebutuhan industri. Universitas Indonesia, misalnya, telah memperkenalkan program studi interdisipliner yang menggabungkan teknologi informasi dengan bidang lain seperti bisnis dan kesehatan. Hal ini memungkinkan lulusan memiliki keterampilan yang lebih luas dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang dinamis.
Jadi, untuk mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan, industri, dan kebijakan pemerintah. Dengan memilih jurusan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja, generasi muda dapat lebih siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di dunia kerja yang terus berkembang.
Langkah-langkah ini tidak hanya akan mengurangi angka pengangguran, tetapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Keberhasilan dalam menangani masalah ini akan menentukan masa depan ekonomi dan sosial negara, menjadikan Indonesia lebih kompetitif di kancah global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H