Pada era digital saat ini, media sosial tidak hanya menjadi suatu alat dalam berinteraksi serta melakukan komunikasi antar dua arah, melainkan media sosial telah menjadi asupan terhadap diri individu dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Para pengguna media sosial dapat membagikan emosi, menyalurkan hobi bahkan menjadi sumber mencari uang dalam menggunakan media sosial. Namun tidak sedikit dampak negatif dari media sosial muncul saat ini. Salah satunya adalah melakukan hate speech (ujaran kebencian) di laman media sosial. Melakukan ujaran kebencian di media sosial adalah suatu fenomena yang semakin memprihatinkan dalam era digital dari media sosial saat ini. Ujaran kebencian di media sosial menjadi sangat mudah dilakukan karena pengguna dapat menyembunyikan identitas mereka dan tidak terlihat secara langsung oleh korban atau masyarakat umum. Melakukan ujaran kebencian di media sosial bisa menjadi suatu masalah yang serius bagi individu tersebut, serta bagi orang lain yang terkena dampak dari ujaran kebencian tersebut.
Melakukan ujaran kebencian di media sosial bisa dikaitkan dengan beberapa faktor. Jika merujuk dalam literatur psikologi sosial, terjadinya ujaran kebencian disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor personal dan juga faktor sosial. Faktor personal dikaitkan pada diri individu pelaku seperti cara berpikir, kepribadian, gangguan emosi ataupun pengalaman. Adapun faktor sosial diantaranya meliputi hal-hal diluar diri individu yang menjadi pendorong perilaku, baik dalam interaksi antar kelompok. Kaitan agresi verbal dan frustasi menjadi salah satu hal yang melatar belakangi pelaku ujaran kebencian. Frustasi yang dialami pelaku mendorong diri pribadinya melakukan agresi kepada pihak lain. Narsisme juga dapat menjadi sumber terjadinya ujaran kebencian dalam diri individu yang merasa dirinya lebih baik dari individu atau kelompok lain .Tidak hanya itu ujaran kebencian juga dapat disebabkan dari bentuk pertahan diri individu ketika ia tidak merasa nyaman dalam suatu kelompok ataupun lingkungan. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa ujaran kebencian dapat timbul karena adanya dorongan dari ujaran kebencian lainnya. Atau dapat dikatakan bahwa pelaku ujaran kebencian juga berasal dari korban yang mendapatkan ujaran kebencian.
Untuk mengatasi melakukan ujaran kebencian di media sosial, individu harus memahami bahwa ujaran kebencian bukanlah solusi untuk masalah yang dihadapi. Hal ini dapat merusak hubungan antara individu dan orang lain, serta dapat memicu masalah kesehatan mental yang serius. Individu juga harus belajar untuk mengendalikan emosi mereka dan menemukan alternatif lain untuk mengekspresikan pendapat atau kekesalan mereka, seperti dengan berdiskusi secara sehat dan membangun dialog yang konstruktif. Selain itu, penting bagi individu untuk membatasi paparan terhadap konten yang memicu emosi negatif, seperti ujaran kebencian dan memilih untuk mengikuti akun dan grup yang mendukung nilai-nilai positif seperti toleransi dan persatuan.
Dalam kesimpulannya, melakukan ujaran kebencian di media sosial dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental yang serius, baik bagi individu tersebut maupun bagi orang lain yang terkena dampak. Oleh karena itu, individu harus memahami konsekuensi dari tindakan mereka, mengendalikan emosi mereka, serta membatasi paparan terhadap konten yang dapat memicu emosi negatif.
Referensi
Saloom Gazi. 2 Juli – Desember 2021. Ujaran Kebencian: Perspektif Ilmu Psikologi Hate Speech: Psychological Perspective. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alhikmah (Diakses 2 Mei 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H