Suku Tengger, yang mendiami kawasan sekitar Gunung Bromo di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, adalah kelompok etnis yang memelihara tradisi dan kearifan lokal yang kaya. Budaya mereka merupakan bagian integral dari keindahan alam yang megah di sekitar mereka, menciptakan warisan budaya yang memukau dan menginspirasi. Tradisi pertanian menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Tengger, yang kemahirannya dalam bercocok tanam di lereng-lereng gunung curam dan berbatu mencerminkan ketahanan dan adaptasi mereka terhadap lingkungan.
Ritual adat yang paling terkenal, Yadnya Kasada, adalah bukti nyata dari hubungan yang erat antara suku Tengger dan alam mereka. Setiap tahun, pada bulan purnama ke-14, mereka berkumpul di kaki Gunung Bromo untuk melakukan upacara persembahan kepada Sang Hyang Widhi, memberikan hasil bumi sebagai tanda penghormatan dan permohonan perlindungan. Kearifan lokal juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari, dengan suku Tengger menjaga hubungan harmonis dengan alam sekitar dan mempraktikkan teknik pertanian ramah lingkungan.
Pakaian adat yang mereka kenakan, yang terdiri dari kain sarung untuk pria dan kain kebaya untuk wanita, menjadi lambang kebanggaan akan warisan budaya mereka. Seni pertunjukan seperti tarian dan musik tradisional juga memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya mereka. Dengan tekad untuk menjaga dan memperkaya warisan budaya mereka, suku Tengger terus berperan sebagai pelindung kekayaan budaya Indonesia, menyelaraskan tradisi masa lalu dengan tantangan zaman modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H