Lihat ke Halaman Asli

Peningkatan Diabetes di Era Serba Instan : Jenis dan Dampak yang Perlu Diwaspadai

Diperbarui: 17 Desember 2024   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Diabetes menjadi masalah di era modern yang dipenuhi gaya hidup tidak sehat, salah satu penyebab karena kurangnya kesadaran orang tua dalam pola hidup sehat. Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji serta penggunaan teknologi yang berlebih membuat risiko diabetes dan obesitas anak meningkat drastis. Selain itu, banyak orang tua menganggap diabetes hanya terjadi pada usia lanjut, sehingga kurang menyadari pencegahan sejak dini. Diabetes menjadi salah satu penyakit jangka panjang yang ditandai oleh tingginya kadar gula darah. Seiring berjalannya waktu, diabetes akan menjadi penyakit jantung, ginjal, saraf hingga stroke. Berdasarkan data yang diambil dari WHO, tiga dekade terakhir diabetes telah meningkat secara dramatis, kini sekitar 800 juta orang di seluruh dunia mengalami diabetes. Walaupun, diabetes bukan penyakit menular ini menjadi suatu masalah karena peningkatan yang begitu pesat. Namun, global memiliki target untuk menghentikan peningkatan diabetes di tahun 2025.

Umumnya jenis diabetes terbagi menjadi 3, diabetes tipe 1 yang sebelumnya adalah diabetes juvenil, biasanya terjadi pada anak-anak atau remaja. Penyakit ini melawan autoimun, hingga penderitanya membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengatur kadar gula darah. 

Diabetes tipe 2 terjadi pada orang dewasa, kondisi dimana tubuh kurang merespon atau tahan terhadap insulin. Organisasi International Diabetes Federation (OIDF) memperkirakan 400 juta dengan rentang usia 20-79 tahun menderita diabetes tipe 2. Faktor risiko utama yaitu obesitas, gaya hidup, dan faktor genetik karena biasanya menjadi penyakit turunan untuk anak atau cucunya. 

Terakhir adalah diabetes Gestasional yang terjadi pada trimester kedua atau ketiga masa kehamilan, tetapi kadar gula darah dapat normal kembali setelah persalinan. Kondisi tersebut dapat menjadi keluhan yang besar seperti hipertensi, preklamsia, dan hidramnion. Janin juga akan berisiko memiliki peningkatan berat badan atau disebut juga makrosomia, gejala yang akan diturunkan bayi berupa gangguan pernapasan atau obesitas. 

Gejala yang ditimbulkan pada pasien meliputi keinginan buang air kecil menjadi lebih sering, penurunan berat badan, cepat lapar, dan sering haus. Sedangkan, pada diabetes tipe 2 gejala tersebut tidak terasa, mengakibatkan diagnosis muncul terlambat. Pada usia rentan penting untuk mewaspadai gejala tersebut. Titik awal dalam pencegahan dimulai dengan mendiagnosis dini. Dapat dimulai dengan pola makan sehat, menghindari konsumsi olahan tinggi gula dan beralih ke makanan segar, tinggi serat, rendah gula. Menyempatkan berolahraga, aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan dan meningkatkan kesehatan jantung. Saat olahraga otot akan menggunakan glukosa sebagai energi serta tingkatnya sensitivitas insulin. Rutin pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan rutin menjadi langkah pendeteksi awal hingga penangan dapat cepat diatasi. 

Penyakit ini jika tidak dicegah atau diobati sejak di diagnosis akan berkembang secara bertahap. Dikarenakan semakin lama pengidap membiarkan penyakitnya, semakin tinggi juga risiko komplikasinya. Kemungkinan yang dapat terjadi jika hal tersebut tidak segera ditangani.

  1. Kerusakan pada mata (Retinopati) pada diabetes tipe 1 dan 2 retina mata akan rusak. 

  2. Kerusakan saraf (Neuropati). Gula yang berlebih dapat memberi luka pada pembuluh darah kapiler karena saraf tersebut memberi nutrisi pada kaki, hal tersebut dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa dan nyeri secara bertahap akan menyebar ke atas. 

  3. Penyakit kardiovaskular. Kerusakan ini juga menyerang pembuluh darah pada jantung akibat kadar gula yang tinggi. 

Sementara itu, diabetes juga akan menyebabkan kerusakan ginjal, gangguan kulit, disfungsi seksual hingga keguguran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline