Lihat ke Halaman Asli

Petani yang Semakin Tak Digubris Pemerintah

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pada tulisan pertama saya ini , saya akan membicarakan mengenai fakta yang terjadi pada kehidupan sebagian para petani.

Fakta yang pertama pada para petani adalah sulitnya mencari pupuk. Sebagian dari anda mungkin akan langsung bertanya , bukankah petani mendapatkan jatah PUPUK BERSUBSIDI dari PEMERINTAH? jika anda bertanya demikian , maka saya akan menjawab , anda benar. Memang pemerintah berkata demikian. Namun , dalam realisasinya pupuk-pupuk tersebut tidak sampai di tangan para petani. Banyak Oknum masyarakat menyelewengkan Pupuk bersubsidi tersebut dan menjualnya kepada pihak lain. Dan sudah pasti ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih dengan penjualan tersebut. Bahkan kondisi para petani sekarang semakin dipersulit lagi. Mengapa? Karena pemerintah memberi larangan untuk membeli pupuk di daerah yang berbeda atau kelompok tani yang berbeda. Jika petani kedapatan membeli pupuk di kelompok tani lain, maka para petani akan diberikan sanksi seperti berupa denda uang dan pupuk yang dibelinya itu di sita. Lalu, dalam hal ini siapakah yang patut dipersalahkan? Mungkin tanpa saya memberitahukan siapakah yang patut dipersalahkan, para pembaca sudah dapat menilai sendiri siapakah pihak yang salah dan siapa pihak yang dirugikan.

Lalu, jika anda bertanya '' Mengapa, jika saya sudah mengetahui hal-hal semacam ini saya tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib? '' maka saya hanya bisa menjawab , saya hanya seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA, suara saya pasti tak akan di dengar oleh para pihak yang berwajib, terlebih keluarga saya bukan dari golongan yang berpangkat. Ayah saya hanya seorang PETANI. Bukankah sudah menjadi sebuah kebiasaan bangsa ini untuk tidak mendengarkan apa yang dikatakan wong cilik




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline