Pengaruh Mobil Listrik Terhadap Emisi, Perekonomian, Hilirisasi Nikel, dan Internet of Things Di Indonesia
Disusun oleh:
Nayla Zahra Mellynda – Farmasi Universitas Diponegoro
Kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) merupakan salah satu transportasi yang memiliki bahan bakar ramah lingkungan dan rendah emisi sehingga dapat membantu mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca (Nadira Zahra & Aldi Akbar, 2024). Mobil listrik dapat menjadi mitigasi terhadap perubahan iklim yang makin masif. Transportasi adalah sumber emisi terbesar kedua yang menyumbang 23,14%. Di sektor transportasi tersebut, penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar berasal dari jenis transportasi jalan raya dengan persentase 90% (Padhilah et al., 2023).
Pemerintah mengambil peran dalam peningkatan produksi dan penggunaan mobil listrik di Indonesia. Mobil listrik dipilih sebagai moda transportasi karena lebih ramah lingkungan dan rendah emisi, sehingga dapat meningkatkan kualitas udara yang lebih baik lagi. Pengembangan kendaraan listrik ini dianggap dapat menurunkan emisi polutan, seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO₂), dan partikel materi (PM), secara signifikan (Sudjoko, 2021). Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi CO₂ sebesar 2,7 ton dengan memproduksi kendaraan mobil listrik (roda empat) berbasis baterai hingga mencapai 600.000 unit pada tahun 2030.
Mobil listrik menggunakan baterai sebagai sumber tenaganya sehingga lebih ramah lingkungan. Jenis baterai yang digunakan pada mobil listrik umumnya berasal dari bahan baku nikel. Penggunaan baterai berbahan nikel pada mobil listrik memiliki beberapa keunggulan dibanding baterai Lithium Iron Phosphate (LFP), seperti densitas energi yang lebih tinggi, ukuran yang lebih kecil, dan bobot yang lebih ringan. Hal ini berarti mobil listrik yang menggunakan baterai nikel dapat menempuh jarak lebih jauh karena kapasitas penyimpanan energinya yang lebih besar. Di sisi lain, kinerja baterai LFP dapat menurun hingga 60 % pada musim dingin. Selain itu, baterai LFP tidak dapat berfungsi di bawah suhu -10°C.
Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar, sehingga dapat menjadi pemain utama dalam industri baterai kendaraan listrik global. Hilirisasi nikel merupakan langkah awal transformasi dan akselerasi perekonomian Indonesia. Pada awalnya, investasi di Indonesia masih terfokus di Pulau Jawa. Hadirnya hilirisasi nikel akan mendorong investasi yang lebih berkualitas dan merata, terutama di Indonesia Timur. Hilirisasi nikel juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi menjadi yang terbaik di antara negara-negara Asia Tenggara. Dengan adanya hilirisasi nikel, nilai nikel yang awalnya USD 5,4 miliar pada tahun 2013 meningkat menjadi USD 35,6 miliar pada tahun 2022.
Namun, membanjirnya pasokan nikel ini belakangan telah memicu anjloknya harga komoditas ini di pasaran global. Kontroversi lain dari perkembangan nikel ini adalah pertambangan dan pengolahan nikel menimbulkan masalah seperti deforestasi, pencemaran, dan emisi gas rumah kaca. Ada pula masalah terkait keselamatan kerja di lingkungan pertambangan nikel, terutama pada kebakaran dan korban di pabrik nikel yang berulang kali terjadi menuntut adanya audit teknologi.
Teknologi cerdas telah mengubah wajah industri otomotif. Mobil otonom yang dilengkapi dengan teknologi AI dan sensor telah menjadi kenyataan. Mobil tersebut dapat mengemudi sendiri tanpa campur tangan manusia. Hal tersebut dapat meningkatkan keamanan jalan raya dan memberikan kenyamanan kepada pengemudi. Teknologi tersebut dapat mengefisienkan energi mobil listrik melalui berbagai cara. Pertama, AI mampu mengoptimalkan penggunaan energi berdasarkan data real-time yang diperoleh dari kondisi jalan, pola pengemudi, cuaca, dan penggunaan aksesori kendaraan. Teknologi ini memungkinkan pengaturan energi yang lebih cerdas sehingga mobil listrik dapat menempuh jarak yang lebih jauh dengan konsumsi daya yang lebih efisien. Selain itu, AI dapat memperpanjang masa pakai baterai dengan memonitor dan memprediksi kondisi baterai, memberikan rekomendasi kapan pengisian daya diperlukan secara optimal.
AI juga berperan dalam manajemen energi secara keseluruhan di kendaraan listrik. Dengan mengintegrasikan teknologi AI, kendaraan dapat mengelola distribusi energi secara lebih efisien, sehingga meningkatkan performa motor listrik dan memperbaiki efisiensi baterai, yang secara keseluruhan mengurangi konsumsi energi selama perjalanan. Selain meningkatkan efisiensi energi, AI juga digunakan dalam sistem pemeliharaan prediktif, yang mendeteksi potensi kerusakan komponen sebelum terjadi masalah serius, sehingga meningkatkan daya tahan dan efisiensi jangka panjang dari kendaraan listrik.
Mobil listrik adalah sebuah solusi dari permasalahan iklim yang semakin masif pada zaman sekarang. Hal tersebut disebabkan oleh pengalihan sumber energi dari energi fosil ke energi listrik yang lebih ramah lingkungan. Mobil listrik pun memberi dampak yang positif terhadap kemajuan ekonomi sebuah bangsa. Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat berlimpah sehingga pemerintah mendorong hilirisasi nikel. Namun, hilirisasi yang masif itu juga memberikan dampak negatif yaitu memicu anjloknya harga komoditas ini di pasaran global, deforestasi, pencemaran, dan emisi gas rumah kaca. Teknologi pun telah mengubah industri otomatis pada saat ini. Kecerdasan buatan telah membuat mobil dapat mengemudi sendiri dan teknologi tersebut dapat mengefisiensikan energi mobil listrik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H