Banyak yang mengatakan, pada pemilu 2024 kemampuan literasi dan daya kritis rakyat mempunyai andil yang besar dalam keputusan mereka memilih calon pasangan presiden. Banyak yang memilih paslon tertentu hanya karena gimmick dan janji-janji tertentu tanpa membaca visi-misi dan melakukan riset perbandingan terlebih dahulu.
Namun demikian, apakah kemampuan literasi dan berpikir kritis begitu penting?
Kemampuan literasi adalah keterampilan mengolah informasi untuk mengumpulkan, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi seperti menghitung, memecahkan masalah, mencari cara mencapai tujuan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan potensi seseorang.
Sedangkan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara sistematis serta berdasarkan dengan logika dan penalaran ilmiah. Berpikir kritis dapat membantu seseorang mengambil keputusan yang netral, objektif beralasan, logis, jelas dan tepat. Kemampuan tersebut membantu seseorang dalam menganalisis serta mengekspresikan suatu ide-ide yang kita punya.
Kemampuan literasi dan berpikir kritis menjadi kemampuan dasar yang penting karena akan membantu seseorang membuat keputusan yang lebih baik, memecahkan masalah yang kompleks, dan berkontribusi secara lebih efektif.
Kurangnya literasi dan rendahnya kemampuan berpikir kritis adalah salah satu kendala yg terjadi dalam pendidikan masyarakat Indonesia. Hal ini berdasarkan fakta bahwa banyak masyarakat yang masih memiliki minat baca yg rendah dan belum berpikir kritis ketika memperoleh informasi seperti masih mempercayai informasi hoaks.
Oleh karena itu, menjadi tugas kita bersama untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat dan kemampuan untuk berpikir kritis pada setiap individu dengan harapan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam kehidupan mereka.
Faktor rendahnya minat baca masyarakat
Rendahnya minat baca pada masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah permasalahan yang sering kita dapati seperti lingkungan yang belum membiasakan membaca sejak dini, fasilitas pendidikan yang masih minim, kurangnya subsidi biaya produksi buku dan harganya yang mahal di daerah terutama di luar pulau jawa. Asingnya buku dalam keseharian itulah yang membuat minat baca masyarakat menjadi rendah, karena minatlah yang menjadi pendorong seseorang agar dapat duduk menghabiskan waktu untuk membaca.
Adapun minat baca dan kemampuan berpikir kritis ini merupakan suatu penggabungan yang tidak dapat dipisahkan karena membaca dapat merangsang kemampuan kritis. Kurangnya minat membaca akan mempengaruhi mereka dalam kemampuan berpikir kritis.