Lihat ke Halaman Asli

Nayla Natasya

mahasiswa

Konsep Diri dan Percaya Diri

Diperbarui: 22 Desember 2023   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                                             ABSTRAK

Percaya diri adalah suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam melakukan tindakan tidak merasa cemas dan bisa merasa bebas untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan diri sendiri. Orang yang percaya diri mampu mendorong dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap harinya. Namun, tampil percaya diri dalam segala situasi dan kondisi ternyata masih banyak orang yang sulit untuk melakukannya. Dengan adanya pemahaman diri secara kuat maka seseorang bisa membangun rasa percaya dirinya secara cepat.

Self-confidence is an attitude or belief in one's own abilities, so that in doing actions you don't feel anxious and can feel free to do things according to your own wishes. People who are confident are able to push themselves to become a better person every day. However, appearing confident in all situations and conditions turns out that there are still many people who are difficult to do it. With strong self-understanding, a person can build his self-confidence quickly.

Pendahuluan

Kondisi kepribadian yang penuh percaya diri atau sebaliknya merupakan suatu kondisi yang sudah tersimpan dan terprogram di dalam batin bawah sadar. Segala sesuatu yang sudah terprogram di dalam batin bawah sadar, baik positif maupun negatif, akan menjadi suatu kecenderungan yang kuat dan otomatis mempengaruhi seseorang. Pengalaman manis atau pengalaman yang direspon secara positif akan membuat batin bawah sadar mendominasi kepribadian seseorang dengan dorongan tingkah laku secara positif. Sedangkan pengalaman pahit atau pengalaman yang direspon secara negatif akan membuat batin bawah sadar mendominasi seseorang dengan tingkah laku yang negatif dalam berbagai macam bentuk gangguan mental. Misalnya, pengalaman hidup seseorang yang di didik terlalu keras akan membuat batin bawah sadar mendominasi kepribadian dengan kecenderungan untuk mudah cemas, takut berbicara, gugup, dan tidak percaya diri. Oleh karena itu, rasa tidak percaya diri yang sudah mendominasi kepribadian seseorang, biasanya akan membuat kegagalan yang sangat fatal karena ia merasa tidak mampu untuk mencapai berbagai tujuan dalam kehidupan

Konsep Diri dan Kepercayaan Diri

      
Diabetes Bukan Dari Makanan Manis! Temui Musuh Utama Diabetes
Recommended by
Setiap orang pasti menginginkan kepribadian yang lebih baik. Kita semua memang dilahirkan dengan rangkaian kekuatan dan kelemahan. Kita semua dilahirkan dengan ciri khas watak kita sendiri, bahan mentah kita sendiri, jenis batu kita sendiri. Kita mulai dengan rangkaian ciri khas bawaan kita masing-masing. Beberapa kualitas kita indah bertatahkan emas, sedangkan beberapa lainnya bercacat dengan garis-garis kelabu. Keadaan kita, IQ kita, ekonomi kita, lingkungan kita, dan pengaruh orang tua yang bisa mencetak kepribadian kita, tetapi batu dibawahnya masih tetap sama Barbara De Angelis, Ph.D seorang penulis terkenal Amerika, menceritakan bahwa selama hidupnya dia merasa tidak percaya diri. Baru ketika usianya beranjak 30 tahun dia mulai mampu mengembangkan kepercayaan dirinya. Bagaimana dengan Bill Gates pada masa mudanya cenderung minder, tetapi dimasa dewasa mampu menemukan bakat dan potensinya sehingga berhasil menjadi konglomerat dunia dalam bisnis IT dan komputer.

Jadi percaya diri itu sangat penting dalam kehidupan manusia dan akan  mengantarkan seseorang dalam mencapai kesuksesan. Kepercayaan diri tumbuh berawal dari penerimaan diri. Hakikat kepercayaan diri bersumber dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur yang diyakini oleh individu, bukan merupakan kelebihan fisik, materi, atau prestasi semata. Orang yang percaya diri merasa bahwa dia telah melakukan yang terbaik dengan usahanya dan berusaha mengaktualkan nilai-nilai luhur dalam hidupnya.

Menurut Charles Horton Cooley, konsep diri dapat dimunculkan dengan melakukan pembayangan diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diri-cermin) seakan-akan kita menaruh cermin dihadapan kita sendiri. Prosesnya bisa dimulai dengan membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita menarik atau tidak menarik. Proses kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Apakah orang lain menilai kita menarik, cerdas, atau tidak menarik. Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau kecewa atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain. Jadi jika penilaian kita terhadap diri sendiri positif dan orang lainpun menilai kita positif, maka kemudian kita dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Jika sebaliknya, penilaian orang lain terhadap diri kita negatif, dan kita pun menilai diri kita negatif, maka yang terjadi kemudian kita mengembangkan konsep diri yang negatif.

Konsep diri kita terutama terbentuk dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang-orang terdekat dalam kehidupan kita. Orang-orang terdekat ini dinamakan sebagai significant others seperti ayah, ibu, kakak, adik, saudara, atau teman dekat kita. Jika kebanyakan orang-orang terdekat kita menilai diri kita secara positif, maka kita pun akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Selain orang-orang terdekat kita, kelompok rujukan juga ikut mempengaruhi konsep diri kita. Kelompok rujukan misalnya kelompok organisasi yang kita ikuti. Sebagai contoh, seorang anak yang hidup ditengah-tengah keluarga akan sangat dipengaruhi penilaian-penilaian dari orang-orang terdekatnya. Konsep diri pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, sehingga menjadi sangat penting untuk dipahami oleh orang-orang terdekatnya seperti apa yang dikatakan oleh Dorothy Law Nolte sebagai berikut: “Bagaimana jika kita memiliki konsep diri yang negatif”? kita cenderung berperilaku sesuai dengan konsep diri kita yang biasa disebut sebagai self-fullfiling prophecy (ramalan yang dipenuhi sendiri). Sebagai contoh, jika kita mempersepsi dan menganggap diri kita sebagai orang yang malas, maka kita pun akan cenderung memunculkan perilaku malas. Sehingga jelaslah bahwa konsep diri ini sangat menentukan kesuksesan kita di masa depan. Seperti premis berpikir positif yaitu “You don’t think what you are, but you are what you think”. Jadi pada dasarnya anak itu belajar dari kehidupannya yang akan membuatnya memiliki konsep diri yang positif maupun konsep diri yang negatif yang akan membentuk kepribadian dalam diri anak tersebut.

Kebanyakan setiap orang yang diabaikan dan tidak mendapat perhatian dari lingkungan sekitar akan mengalami gangguan penyesuaian diri dan kurang mampu secara optimal mengembangkan bakat dan potensinya untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kepercayaan diri pada diri seseorang yaitu sebagai berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline