Ketika disebutkan masa kanak-kanak, apa yang terbetik di pikiran anda?. Apakah sebuah masa yang begitu indah penuh canda tawa atau malah sebaliknya. Masa yang penuh luka dan derai air mata. Banyak orang ketika mengenang masa kanak-kanaknya tersenyum begitu bahagia, dan ada yang hanya tersenyum getir, malah terkadang ada yang terlupa bahkan terkadang melupakannya dengan sengaja. Halo! teman-teman. Namaku Nusa Indah Permata Sari. Bersamaku mari kita menengok sebentar masa kanak- kanak itu.
Aku dilahirkan di sebuah daerah bernama Duri yang terletak di Riau, Sumatera Barat. Lebih tepatnya, di pantai timur pulau Sumatra bagian tengah. Wilayah pesisirnya berbatasan dengan Selat Malaka. Suku melayu adalah suku yang paling banyak menempati daerah ini. Singkat cerita aku tinggal disana sampai berumur 7 tahun. Dan ditahun 2013 keluargaku pindah ke daerah Jawa Barat tepatnya Bogor. Ditahun itu wilayah Sumatera Barat terkena bencana kebakaran hutan yang parah. Tidak ada lagi matahari yang menyinari, sepanjang mata memandang hanya ada asap yang terlihat. Aku meninggalkan sekolahku tanpa berpamitan kepada teman-temanku. Terkadang, aku berpikir "Apakah mereka mengingatku atau bahkan merindukanku?". Nyatanya itu hanya khayalanku belaka, toh aku hanya mempunyai 2 teman saja. Akupun tidak tahu apakah sebenarnya mereka menganggapku teman atau bukan.
Bertahun-tahun lamanya aku hidup dalam ingatan yang kadang suka tertukar. Dari sekian banyaknya, ada satu memori asing yang begitu menyenangkan yaitu, pertama kalinya aku mengikuti lomba 17 Agustus. Menurutku, hari kemerdekaan adalah salah satu dari hari-hari biasa lainnya. Aku tidak pernah merasakan euforia yang begitu membara ketika melewati hari tersebut. Padahal, ini adalah hari yang begitu bersejarah bagi semua orang. Hari dimana negara tercinta terbebas dari belenggu penjajahan setelah sekian lamanya. 3,5 abad atau 350 tahun. Itu saja baru dari satu negara. Hari yang sangat diimpi-impikan oleh segenap rakyat Indonesia. Yang ditebus dengan harta benda, nyawa, bahkan sanak saudara mereka sendiri.
Pagi itu, seperti biasa aku masuk sekolah untuk menghadiri upacara kemerdekaan. Karena hari ini adalah hari nasional, maka upacara yang diadakan terasa sedikit lama. Matahari mulai menampakkan sinarnya, aku berusaha melindungi diri dengan tanganku yang sebenanya tidak ada gunanya. Orang-orang terlihat begitu serius mendengarkan maklumat dari pembina upacara. Aku terdiam dalam lamunanku. Tanpa sadar, upacara telah selesai diiringi sorak-sorai kemerdekaan yang diucapkan dengan lantang. Salah satu temanku berjalan menghampiriku.
"Mau langsung pulang habis ini"?. tanyanya.
Aku menganggukkan kepalaku lalu melambaikan tanganku sambil berjalan keluar sekolah. Antara rumah dan sekolahku bisa ditempuh kurang dari 10 menit saja jika ditempuh dengan jalan kaki. Gang sekolah menjadi sedikit ramai, dengan deruman suara motor-motor penjemput. Aku langsung menuju tempat lomba yang berada di samping mushola. Aku tersenyum senang membayangkan betapa serunya acara ini nanti. Tapi sepertinya, aku terlalu cepat datang. Teman-temanku yang lainnya belum terlihat. Suasana sudah ramai dengan suara bapak-bapak yang tertawa sambil menyiapkan peralatan lomba-lomba. Ibu-ibu sibuk menyiapkan konsumsi di belakang. Dan beberapa anak kecil yang bermain sepeda.
Punggungku ditepuk pelan.
"Hey" sapanya.
Aku tersenyum melihatnya. "Hey juga, ramai ya" kataku. Oh ya, perkenalkan dia adalah teman pertamaku, namanya Shina.
"Iya...Aku jadi ngga sabar deh." Katanya sambil menarikku ke kerumunan lomba.
"Ayo, kita siap-siap. Lombanya mau mulai". Kami berdua fokus memasang tali rafia di pinggang kami tanpa menyadari bahwa anak-anak yang lain telah datang, termasuk teman-teman kami.