Lihat ke Halaman Asli

Authar

Penulis

Pasca Pandemi Problematika Pembelajaran Tatap Muka Menanti

Diperbarui: 18 Desember 2022   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Angka cantik 2020 mulanya duka negeri ini, negeri yang elok memesona berkat kekayaan alamnya dan keragaman budayanya harus ikut terkungkung oleh pandemi covid-19 yang melanda dunia. Pandemi ini mulai merangsek masuk ke negeri tercinta Indonesia pada 2 Maret 2020,  dikutip dari detiknews kasus perdana ini bermula dari pertemuan perempuan 31 tahun  dengan warga negara asing asal Jepang di sebuah klub dansa di Jakarta pada Februari 2020. Maka semenjak itu virus corona membabi buta menyebar di mana-mana. Saban hari pada masa itu, terdengar sirine ambulan yang bersautan, dan kabar duka yang berlalu lalang di media serta lingkungan sekitar. Menyikapi hal tersebut akhirnya pemerintah mengambil langkah tegas bahwa di Indonesia, dalam upaya memutus rantai penyebaran covid-19 ini pemerintah menerapkan kebijakan dengan melakukan pembatasan interaksi antar manusia yang dikenal dengan physical distancing. Pembatasan sosial ini dikeluarkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kemudian kemudian diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang mana PP dan Keppres tersebut telah ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2020. Di bidang pendidikan, Keputusan Presiden tersebut ditindak lanjuti oleh menteri pendidikan dan kebudayaan dengan mengeluarkan  surat edaran Kemdikbudristek Nomor 15 tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) bertujuan untuk memastikan pemenuhan hak layanan pendidikan, melindungi dari dampak buruk COVID-19, mencegah penyebaran dan penularan, dan memastikan pemenuhan dukungan psikososia.  Pembelajaranpun dilakukan melalui perangkat elektronik, seperti gawai.  Keadaan ini memaksa semua orang untuk paham menggunakan teknologi. Rasanya menyedihkan kala mendengar berita banyaknya anak tak dapat belajar semasa pandemi karena tak memiliki gawai. Begitu pula dengan mereka yang tinggal di pinggir kota, terkadang mereka kesulitan mengakses internet karena sinyal yang susah untuk didapatkan.

            Pada masa covid-19 di tahun 2021, saya melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persepsi dan sikap siswa Sekolah Menengah Atas Kota Jambi terhadap pembelajaran online di masa wabah Covid-19. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian campuran (mixed method research) dengan desain penelitian concurrent triangulation strategy dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara bersama-sama. Sampel penelitian yaitu 250 siswa dari 16 SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kota Jambi. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa angket menggunakan skala likert dengan 5 pilihan jawaban dengan penyebaran secara online menggunakan Google Form. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sampling aksidental dengan pemilihan sampel siswa dilakukan secara random repsentatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dan sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran online, yaitu pembelajaran online sulit untuk dipahami, kurang bebas untuk bertanya dan materi yang sulit dimengerti. 42.85% siswa sangat tidak setuju jika pembelajaran online memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. Kesimpulan dari hasil penelitian saya bahwah proses belajar dari rumah melalui pembelajaran online merupakan solusi yang bisa dilakukan dimasa wabah covid19 yang dimana pembelajaran tetap dapat dilakukan melalui online dengan tujuan untuk mengurangi penyebaran covid19. Program pendidikan jarak jauh ini memang belum dapat dikatakan ideal tetapi memberikan dampak yang cukup relevan. Presepsi siswa terhadap pembelajaran online cukup menghemat biaya. Namun pembelajaran online ini tidak memudahkan siswa, karena kurang bebas untuk bertanya, materi yang sulit dipahami, dan siswa tidak dapat memahami pelajaran apabila tidak bertatap muka langsung. Selain itu pembelajaran online dinilai kurang efektif daripada pembelajaran tatap muka langsung. Oleh karena itu pembelajaran online tidak dapat dijadikan sistem pembelajaran permanen. Artinya pembelajaran online ini tidak dapat dilanjutkan setelah pandemi selesai.

            Dibalik dampak negatif akibat pandemi covid-19, sadarkah kita tahun 2020 jadi tahun perubahan, dari pembelajaran daring hingga penghapusan ujian nasional (UN) yang sebelumnya menjadi ketakutan para pelajar, selain itu para pelajar menjadi generasi tahan banting, siapa bilang pelajar 2020 generasi Corona, generasi mageran? nyatanya para pelajar masa itu diminta berjuang lebih, karena tantangan yang lebih berat. Para pelajar dituntut diam di rumah, merancang ulang mimpi-mimpi, tegar terhadap kondisi, belajar peka terhadap lingkungan. Berkat Corona banyak orang sadar akan krisis iklim, dan merancang bumi ini lebih baik kedepannya berdasarkan pengalaman pandemi. Setelah melewati hari-hari pembelajaran di rumah selama hampir 2 tahun akhirnya, pada Juli 2021, Mendikbud Nadiem Makarim menegaskan semua sekolah harus sudah membuka pembelajaran tatap muka. Pendidikan tatap muka harus mengikuti Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran PAUDDIKDASMEN di Masa Pandemi COVID-19 yang dikeluarkan Kemendikbudristek dan Kemenag. Panduan tersebut di antaranya memuat protokol kesehatan yang perlu dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung, seperti melakukan disinfeksi sarana prasarana dan lingkungan satuan pendidikan. Selama hampir 2 tahun pembelajaran dilakukan secara daring, pasca pandemi covid-19 ternyata muncul berbagai problematika baru di dunia pendidikan,  Lely Sri Nurhasana, S.Pd mengatakan "Tantangan tersendiri ketika kembali mengajar secara tatap muka dengan para siswa, dimana perlu adanya pembiasaan kembali tentang kebiasaan yang ditanamkan di sekolah, selain itu para guru lebih ekstra dalam penyampaian materi karena harus dibarengi dengan review materi pembelajaran semasa covid-19, karena kebayakan siswa kurang paham dengan materi yang disampaikan secara daring" Tutur salah satu guru SMPIT Nurul Ilmi Jambi saat dimintai wawancara melalui daring. Secara umum banyak sekali problematika yang dihadapi pasca pandemi dalam dunia pendidikan, diperincikan sebagai berikut:

1. Beradaptasi Kembali

            Banyaknya estimasi waktu yang dihabiskan di rumah tentu membuat para pelajar sudah terbiasa dengan lingkungan rumah yang terkesan nyaman, apalagi jika orang tua tidak tegas terhadap tingkah laku anak, maka anak akan berada di zona nyaman selama kurang lebih 2 tahun belakangan, sehingga ketika harus kembali ke lingkungan belajar di sekolah anak perlu beradaptsi lagi untuk kembali terbiasa dengan aktivitas sekolah yang padat.

2. Membangun Kembali Kebiasaan Lama

            Pelajar yang biasanya bangun dan mandi dipagi hari untuk pergi kesekolah namun belakangan kehilangan sikap disiplinnya karena pembelajaran daring yang terkesan santai dikalangan pelajar, sehingga kebiasaan disiplin ini perlu dibangun kembali oleh para guru yang seharusnya didukung oleh lingkungan rumah untuk mendapatkan hasil baik yang maksimal dalam pembentukkan karakter anak yang luntur semenjak pandemi covid-19.

           

2. Penggunaan Gawai Berlebihan

            Kebiasaan yang menjadi salah satu persoalan besar saat ini di dunia pendidikan adalah para pelajar yang jauh lebih menyenangi penggunaan gawai daripada aktivitas lainnya, bahkan untuk media pembelajaranpun kini pelajar lebih memilih mengakses fitur google daripada membaca buku atau sumber lainnya, hal ini menjadi PR dikalangan pendidik untuk menumbuhkan kembali minat belajar dan minat literasi para siswa.

3. Menumbuhkan Kembali  Jiwa Sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline