Lihat ke Halaman Asli

Keluarga A menjadi Penghuni Surga Semua

Diperbarui: 6 Agustus 2015   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Tok.. tok.. tok.. " Palu diketuk oleh 'hakim akhirat' tanda sidang telah usai.

Bayangkan jika waktu itu yang menjadi keluarga A adalah keluarga kita. Oh betapa bahagianya..Ketika didunia biasanya kita melihat ayah ibu sibuk bekerja dan ibadah, lalu tiba-tiba disurga kita melihat ayah ibu bercengkrama diberanda rumah seperti muda-mudi yang sedang kasmaran, halaman rumah yang dihiasi pepohonan hijau, burung-burung berterbangan indah, ada para bidadari yang ngipasin makin membuat mata kita terkagum-kagum melihat pemandangan tak biasanya. "Bu, makan yuk?" ajak ayah. "Kebetulan ibu lapar yah, kepengen bakso" kemudian Zwing zWiing.. seperti bimsalabim abakadabra muncullah bakso didepan mereka lengkap dengan suasana makan yang romantis. Disurga tidak ada kesulitan-kesulitan. Yang ada hanya segala macam keindahan dan kesenangan.

Saya ngiler gaes, bukan ngiler baksonya. Saya ngiler pengen masuk surga sekeluarga. Gimana ya caranya... ?

Suami saya pernah berkata : "Alloohummaghfirli waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa doa itu jangan sampai terlupakan dek, kita punya kewajiban mendoakan orang tua, kebaikan dan kebahagiaan untuk mereka" Saya mengangguk tanda mengerti.

Kemudian, Abah (mertua saya) pernah bercerita: "Setiap sedekah bapak, selalu bapak niatkan 'ya Allah ini sedekah saya sekeluarga, untuk 'sangu' anak-anak saya, bapak ibu saya nanti di akherat' selalu begitu.
Saya mengangguk tanda paham, artinya kami (anak-anaknya) sedang diajari bagaimana besedekah yang benar, diniatkan untuk ibadah keluarga demi keselamatan bersama kelak di akhirat.

Lalu, Ibu pernah bilang "Rumah adalah madrasah, didalamnya ada laki-laki sebagai imam yang memimpin dan perempuan sebagai ibu yang menjadi 'perpustakaan' tempat rujukan pertama anak-anak bertanya. Jadi sebagai perempuan kamu harus belajar berdakwah dalam rumahmu, ingatkan suami untuk selalu mencari rejeki yang halal. Ingatkan anak-anak untuk selalu menebar kebaikan dimanapun berada. dan ingatkan dirimu sendiri untuk selalu berbenah diri menjadi lebih baik setiap hari" Lagi-lagi saya menganggukkan kepala tanda mengerti (Tapi ini kok agak susyeh ke saya ya.. hmm)

Saya selalu memohon kepada Allah swt, agar saya ini dijadikan perempuan yang ada gunanya. Tidak sekedar lahir tumbuh besar menikah dan hidup tanpa kemanfaatan bagi sesama. Lalu saya bergerak memulai misi mengajak semua anggota keluarga kembali kejalan yang lurus untuk meraih jannahNya. Ketika adik bungsu saya sedang makan memakai tangan kiri, saya ingatkan ia untuk beralih memakai tangan kanan. Ketika ibu tidur siang hingga hampir habis waktu shalat dhuhur saya bangunkan beliau untuk menyegerakan shalat. Ketika suami pulang dengan membawa nasi padang, saya ingatkan beliau besok-besok jangan lupa sama sate padangnya hehe (jangan salah ini juga bagian dakwah, karena menyenangkan hati istri itu mendapat pahala) Ya, sesederhana itu.

 

Tapi tidak semudah kelihatannya..

Saya pernah 'dibentak' karena dianggap terlalu ceriwis mengingatkan terus kerjaannya. Ya gak apaa-apa saya sudah biasa

Saya pernah 'disiram' karena dikira saya kesurupan tiba-tiba seperti ustadjah gitu katanya. Heran.. memangnya saya biasanya seperti siapa? jawab! maklampir ya.. Ayoo jawabbb *Nodong klepon* :D

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline