Lihat ke Halaman Asli

Mbok Parmi, Ibu yang tak dirindukan

Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mbok parmi, Ibu yang tak dirindukan.

Subuh itu ketika aku hendak pergi kepasar. Kulihat seorang perempuan tua sedang menyalakan tungku api untuk memasak. Sekilas tak ada yang aneh dari apa yang kulihat. Tapi kemudian aku teringat akan cerita jalan hidup perempuan tua itu, baiklah sebut saja namanya mbok Parmi.

Mbok Parmi adalah seorang ibu dari 4 anak yang semuanya laki-laki. Beliau janda sejak sekitar 10tahun yang lalu. Mulanya kehidupan mbok Parmi terbilang cukup mapan dengan usaha toserba yang ia jalani. Ke empat anaknya yang masih sekolah tidak membuat mbok Parmi kelimpungan. Beliau malah terlihat semakin semangat bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Maklum, sebagai single parent tentu mbok Parmi harus berjuang duakali lipat lebih keras untuk kelangsungan hidupnya.

Hingga tiba saatnya.. satu persatu dari keempat anak lelakinya meminta ijin untuk menikah. Sampai jua tiba pada giliran si bungsu yang meminta restu pada mbok Parmi untuk menikah. Sejak saat itulah kehidupan mbok Parmi berubah, Beliau merasa kesepian. Semangat kerjanya pun mengendur seiring kepergian anak-anaknya meninggalkan rumah memboyong istrinya. ke empat anaknya sudah punya rumah sendiri-sendiri. Sepengetahuanku, mereka terbilang jarang menjenguk ibunya. Kini mbok Parmi hidup sendiri di hari tua. Tanpa anak-anak yang ia besarkan dengan cinta dan keringat yang dikristalkan. Juga tanpa suami yang telah memberinya 4 anak lelaki.

Mbok Parmi mungkin cerminan dari cerita Ibu yang tak rindukan. Meski tabah. Aku yakin dalam hatinya merintih, sedih tiada tara. Ia ingin berkumpul dengan anak cucu tapi apa daya Mbok Parmi pernah bilang bahwa beliau tidak ingin mengganggu kehidupan anak-anaknya. Beliau memilih tinggal dirumah sendirian dalam usia yang tak lagi muda. Inilah pergulatan batin yang dirasakan seorang ibu, betapa ia merindukan anak-anaknya. Namun mbok Parmi sadar jika anak-anaknya kini telah berumah tangga dan mereka memiliki tanggung jawab yang tak ringan.

Mbok Parmi, Engkau memang sudah lulus dalam membesarkan ke empat anakmu. Perjuanganmu tentu layak untuk mendapatkan balasanl yang setimpal. Bukan setelah berjuang sedemikian keras lalu hidupmu tercampakkan. Engkau memang ibu yang berhati emas. Kau relakan anak-anakmu mencintai perempuan lain selain dirimu. Kau ijinkan anak-anakmu pergi dengan perempuan lain selain dirimu. Kau biarkan anak-anakmu menafkahi perempuan lain selain dirimu.

Kurasa tak harus begini..
Ah tak terasa airmata ini mengalir begitu saja sepanjang perjalanan menuju pasar. Aku juga seorang Ibu yang sungguh tak ingin kelak bernasib seperti mbok Parmi. Ya Allah.. ini doaku, sadarkanlah anak-anaknya.. berikan kehidupan yang layak untuk mbok Parmi di hari tuanya. Aamiin

Lumajang, 31 Juli 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline