Lihat ke Halaman Asli

Lihatlah, Semut Itu!

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika kita sedang membicarakan semut mungkin saja kita hanya teringat nyanyian anak-anak masa lalu “semut-semut kecil” yang sempat melegenda, atau mungkin saja kita tiba-tiba teringat di rumah yang banyak direpotkan oleh si kecil ini. Nah, sebenarnya semut memiliki hal-hal yang luar biasa untuk kita ambil hikmahnya. Perangainya yang mulia bisa kita jadikan cermin dalam kehidupan kita.

Sebagai makhluk Tuhan yang paling padat populasinya, kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin dalam bangsa manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi. Mereka merasa bahwa tidak ada yang berbeda di antara mereka. Dalam bermasyarakat, sentuhan yang berarti ‘care’ memberi arti tersendiri bagi orang disekitar kita. Bayangkan, apa jadinya jika di masyarakat kita, sudah tidak saling peduli? Sangat menyiksa bukan? Maka sikap ini dapat ditumbuhkan untuk menjaga kekompakan dan menumbuhkan iklim bermasyarakat yang kondusif.

Semut yang dianggap hewan yang mengganggu keberadaan manusia ini juga memiliki nilai yang tidak kalahperlu diteladani dalam memenuhi kehidupannya. Karakter keseharian semut yang ditunjukkan perlu kita ambil sari positifnya untuk melangkah dalam dunia nyata dan keseharian kita dalam bermasyarakat dan berbangsa. DalamQS. An-naml, 27 : 15-19 :

“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, segala puji bagi Allah yang melebihkan kami atas kebanyakan hamba-Nya yang beriman”. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, ‘Hai manusia kami telah diberi pengertian tentang ucapan burung dan kamiberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar satu karunia yang nyata’. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka di atur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Hai semut-semut, masuklah kedalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkanmereka tidak menyadari.” Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a, Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang Ibu-bapakku, dan untuk mengerjakan ammal saleh yang Engkau ridhai. Dan masukkanlahakau dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.

Kehidupan semut menunjukkan bahwa ia mempunyai keajaiban dalam kehidupan dan pengaturan segala urusannya. Ia menjadikan perkampungan di dalam tanah dan membangun rumah-rumahnya terdiri atas, atap, ruang tengah dan kamar-kamar yang bertingkat-tingkat. Ia memnuhi ruangannya dengan biji-bijian, sebagai makanan pokok dimusim dingin dan menyembunyikannya di tempat tinggal yang berkelok ke atas untuk menghindarkannya dari air hujan.Ayat An-Naml ini menggugah akal untuk memperhatikan kerapian dan pengaturan serta kepemimpinan yang baik yang di anugerahkan Allah kepada semut. Semut yang menyeru dan mengumpukan kawan-kawanya menunjukkan bagaimana ia memimpin dan mengatur urusannya, ia telah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para raja, mengatur dan memimpin rakyatnya. Bagiamana semut mangumpulkan kawan-kawanya untuk lari karena takut binasa, sebagaimana mengumpulkan mereka untuk mencari kebutuhannya, dan bahwa suatu umat yang dalam mengatur urusannya tidak sampai kepada seperti apa yang dilakukan oleh binatang.

“Pedulikeselamatan saudaranya “ ciri khas yang sangat mulia yang dimiliki semut. Yang justru dijaman sekarang sangat sulit di dapatkan pada manusia. Khususnya tentang agama saudaranya. Tak jarang kita menutup mata, telinga, ketika ada saudara kita yang berbuat maksiat kepada Allah, tanpa ada kerisauan sedikit pun. Malah kita menggibahnya, menyalahkannya, tanpa ada pikir untuk menyelematkannya atau sekedar mengajaknya kepada kebaikan. Padahal Rasulullah sawsabdakan; “Tidak sempurna iman seseorang, hingga ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”

Yang paling menarik adalah tentang kepedulian ini, “Semut Peduli Keselamatan Saudaranya”, salah satu sifat mulia semut, sehingga ia di muliakan. Begitu juga dengan agama ini, ummat ini, negeri ini, kita akan mulia, jika kita mau bekerja sama, peduli dengan agama dan kehidupan sesama hamba Allah SWT. Seperti pada QS.Ali-Imran:110 yang artinya : “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia ,(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf,dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman,tentulah itu lebih baik bagi mereka.Diantara mereka ada yang beriman,namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.

Maka, lihatlah hewan mungil itu, lihatlah perangai mereka. Lihatlah lebih dekat. Kepedulian kita kepada sesama adalah penentuan derajat kita dimata Allah SWT. Semut-semut kecil itu tidak pernah melupakan sifat fitrahnya untuk selalu mengedepankan kepedulian kepada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline