Lihat ke Halaman Asli

Andai Anies Baswedan Tidak Kena Reshuffle

Diperbarui: 21 April 2017   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik mengikuti gairah dan gegap gempita pilkada DKI Jakarta 2017. Kegaduhannya sudah dimulai sejak awal 2016. kompromi antar partai dan elit politik yang begitu ketat hingga detik akhir pengumuman pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur terus mendapat perhatian besar dari masyarakat Indonesia. Sungguh fenomena yang menarik bahwa pemilihan kepala daerah namun nuansanya seperti pemilihan presiden. 

kemarin tanggal 19 Mei putaran kedua pilkada DKI sudah berjalan dengan aman dan lancar, hasil quick count pasangan Anies-Sandi memperoleh suara terbanyak, hiruk pikuk kemenangan sudah menggema dimana-mana. walaupun hasil resmi belum diumumkan bisa dipastikan DKI akan memperoleh Gubernur dan Wakil Gubernur Baru. 

disini saya tertarik untuk melihat dinamika politik di Indonesia. Bagaimana seseorang dengan mudahnya berpindah ideologi politik dalam waktu singkat. bagaimana adu strategi antara partai dan elit politik dalam memenangkan kandidatnya. sebagai contoh adalah sosok Anies Baswedan yang tiba-tiba namanya muncul di saat terakhir pengumuman paslon yang diusung oleh koalisi Gerindra dan PKS. padahal kita semua tahu Sandiaga Uno sudah dipersipkan menjadi Cagub dan sudah beberapa kali disosialisaikan di berbagai media massa. 

analisa yang ingin saya sampaikan dengan ber-andai2 adalah, sebenarnya Gerindra dan PKS belum begitu mantab mengusung Sandi karena jam terbang politik yang masih rendah tapi show of force kandidat harus ditampilkan dari jauh-jauh hari. sayangnya hal ini tidak terbaca oleh kubu PDIP dan koalisinya. di saat masa penantin ini, tiba-tiba pemerintahan Presiden Joko Widodo me-reshuffle kabinet, salah satu menteri yang diberhentikan adalah Anies Baswedan sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. masyarakat tercengan dengan diberhentikannya Anies karena selama menjabat Anies dinilai cukup bagus, 

Anies juga sebagai pendukung dan tim sukses Jokowi selama kampanye pilpres, dapat dilihat dimana ada Jokwi disitu ada Anies. Kempatan ini rupanya tidak disia-siakan oleh kubu Prabowo, muncul paslon Anies-Sandi, kembali kita dibuat kaget. sandiaga dengan jiwa besar bersedia turun menjadi wakil, strategi politik yg cukup bagus dari kubu Prabowo dengan mengudung Anies sebagai Cagub, simpati rakyat pada Anies masih tinggi, maka paslon denan nomor urut 3 ini mulai tampil. 

Andai saja Anies masih menjadi menteri tentu situasinya akan berbeda. Ahok dengan citra yang luar biasa bersaing dengan dua pendatang baru di kancah politik, bisa jadi hasilnya tidak seperti sekarang. bisa jadi Ahok tetap terpilih menjadi Gubernur DKI. Ah...tapi semuanya sudah terjadi, kembali menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa sebenarnya dalam politik itu tidak ada yang namanya KAWAN atau LAWAN. karena kawan bisa saja berubah dengan cepat menjadi lawan demikian pula sebaliknya. 

Akhir kata marilah kita sudahi hiruk-pikuk pilkada DKI dengan hati ikhlas dan legowo. siapapun pemimpin DKI tidak akan berhasil tanpa dukungan warga Jakarta semuanya. banjir tidak akan dapat diatasi jika warga masih membuang sampah sembarangan. Macet tidak akan dapat terselesaikan jika pengemudi masih serampangan di jalan raya, dan begitu pula dengan masalah2 lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline