Lihat ke Halaman Asli

Moh Nur Nawawi

TERVERIFIKASI

Founder Surenesia

Kesiapan Sektor Perikanan Memasuki Era Revolusi Industri 4.0

Diperbarui: 5 Maret 2018   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita terkini mengabarkan kita tentang sebuah fenomena yang membuat heboh yaitu berita kesiapan dan kesigapan pemerintah menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang sebenarnya sudah masuk dan kita praktekkan dengan maraknya ekspansi dunia digital dan internet ke kehidupan masyarakat. 

Hal ini patut digaris bawahi karena Revolusi industri 4.0 banyak yang menekankan kepada kemampuan Artificial Inteligence(Kecerdasan Buatan) yang mampu menggerakkan robot-robot yang "lebih pintar" dan "tidak pernah mengeluh" sehingga banyak pekerjaan yang dikerjakan tenaga manusia digantikan dengan yang lebih murah, efisien dan berkualitas lebih tinggi.

Revolusi industri sudah sering kita kenal dimulai dengan gencarnya revolusi industri bagian pertama yang dimulai pada abad 17-19 dimana banyak terjadi penemuan-penemuan teknologi yang menggantikan fungsi manusia seperti penemuan mesin uap oleh James Watt,lokomotifoleh Richard Trevethiek, kereta api penumpang oleh George Stepenson, kapal perang dengan mesin uap oleh Robert Fulton,telpon oleh Alexander Graham Bell

Selanjutnya kita mengenal revolusi industri tahap kedua dengan ditemukannya listrik, mobil, pesawat terbang, komputer hingga kita hidup di era revolusi industri tahap ketiga dengan semakin pesatnya teknologi informasi dan menggaungnya internet sehingga kita mampu menerima informasi dengan begitu cepat.

Saat ini kita sedang menghadapi era revolusi industri generasi selanjutnya yaitu revolusi industri generasi ke empat atau kita kenal dengan revolusi industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 berciri kreativitas, leadership (kepemimpinan) dan entrepreneurship (kewirausahaan) yang mendobrak "mindset" cara bekerja revolusi industri sebelumnya. 

Dengan berciri efisiensi dalam komunikasi dan transportasi serta mengarahkan masyarakat untuk memecahkan masalah dengan sistem "one stop shopping"atau "one stop solution" diperlukan atmosfir dunia usaha yang lepas dari lilitan dan hambatan birokrasi dan itu tidak hanya soal cara bekerja tapi juga mentalitas pegawai dan tenaga kerjanya.

Menengok pada sektor industri perikanan Indonesia yang secara data telah menunjukkan angka perkembangan yang positif walau belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, padahal dengan potensi sumberdaya perikanan yang melimpah seharusnya sektor ini mampu menjadi sektor andalan. Berdasarkan laporan Kementerian kelautan dan perikanan terkait pertumbuhan industri sektor perikanan, produksi perikanan nasional mengalami kenaikan pada angka diatas 23 juta ton dimana tahun 2015 pada angka 20 juta ton. 

Kenaikan produksi tersebut diklaim bisa meningkatkan pertumbuhan ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia sebesar US$ 3,94 miliar pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan signifikan ditahun 2017 yaitu sebesar US$ 5 Miliar.  Untuk dua tahun kedepan ada beberapa target untuk sektor perikanan. Diantaranya adalah produksi ikan tahun 2019 bisa mencapai 41.79 juta ton. Selain itu, KKP juga mentargetkan peningkatan nilai ekspor sebesar US$ 9.54 miliar ditahun 2019.

Prestasi dalam angka tersebut setidaknya bisa jadi semangat dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0, tapi berbagai permasalahan dibidang perikanan juga tidak bisa kita remehkan. Dalam roadmap pembangunan kelautan dan perikanan 2015-2019, Kadin Bidang Kedaulatan dan Perikanan membuat peta permasalahan dalam bidang kelautan dan perikanan, dengan poin-poin penting seperti belum optimalnya produksi perikanan budi daya nasional (ikan dan rumput laut) dan produksi perikanan tangkap di ZEEI dan laut lepas sebagai sumber pangan perikanan, belum optimalnya industri pengolahan perikanan, khususnya di kawasan Indonesia Bagian Timur, ketersediaan BBM untuk nelayan dan pembudidayaan ikan, permasalahan  kapasitas SDM kelautan dan perikanan baik kualitas maupun kuantitas, peningkatan iptek kelautan dan perikanan serta diseminasi teknologi, dan permasalahan prasarana pengembangan industri perikanan.

Sejak gencarnya pemerintah memberantas praktek IUU fishing selain berdampak pada melimpahnya ikan, secara jujur juga harus kita akui kita kekurangan armada penangkap ikan yang menggunakan teknologi penangkapan yang modern dengan kapal-kapal besar yang mampu meningkatkan produksi perikanan tangkap beberapa permasalahan itu dikarenakan nelayan kita masih banyak nelayan tradisional dengan kapal-kapal yang relatif kecil dengan menggunakan alat tangkap yang masih tradisonal, armada penangkap ikan yang mampu beroperasi di perairan laut lepas seperti Zona ekonomi eksklusif (ZEE)  masih sedikit. Belum lagi masalah sumberdaya manusia kita yang masih tradisional dan belum banyak yang mengadaptasi teknologi yang semakin berkembang.

Disektor budidaya masih banyak para pembudidaya ikan, udang, hingga rumput laut yang belum mampu menerapkan sistem budidaya dengan teknologi terbaru karena para pelaku usaha di sektor ini masih banyak dilakukan oleh pembudidaya dengan skala menengah kebawah sehingga mengalami banyak kesulitan dan kendala untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi, masalah sumberdaya manusia juga jadi faktor utama di sektor budidaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline