Lihat ke Halaman Asli

Moh Nur Nawawi

TERVERIFIKASI

Founder Surenesia

Pemuda "Zaman Now", Memberi Solusi Bukan Hanya Mencaci-maki

Diperbarui: 9 Januari 2018   04:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.katabijak.id

Hoam..., masih ngantuk rasanya pagi ini, mata masih berat tapi jendelaku yang rusak penutupnya telah mempersilahkan sinar mentari masuk dan menyilaukan mataku, jadi terpaksa harus bangun dech. Pagi ini sebelum cuci muka, ditemani segelas air jeruk dingin, berr.. rasanya tiba - tiba ada rasa menggelitik di hatiku untuk menulis sesuatu, iya sebuah tulisan lepas tidak bergenre mungkin ha ha ha.

Aku cuma ingin sedikit membuka mataku terhadap fenomena yang berhubungan dengan kata " NOW " ada kids zaman now, ada moms zaman now dan apalah yang lain yang di embel - embeli dengan " Now ", sesuatu yang kelihatan nyentrik memang suka digandrungi di zaman sekarang ini dimana sebuah zaman orang akan lebih eksis dan banyak bergaul di dunia maya dari pada di dunia nyata, ya seperti akulah saat ini kwkwkk.

Semalam aku memang kurang tidur, jadi wajar kalau jam segini mataku masih berat, semalam banyak melihat berita-berita yang berseliweran dan semua rata - rata di dominasi oleh berita seputar pilkada, iya jadi heran sendiri pilkada di negeri ini sudah lama dilaksanakan bahkan pilkada yang model secara langsung sudah banyak menelurkan para pemimpin - pemimpin yang silih berganti, secara ironi memang banyak yang berakhir di jeruji besi, entah dengan beragam kasus yang beliau - beliau hadapi.

Aku pernah mengutip sebuah quote yang nyindir abis tentang para pemimpin kita produk demokrasi zaman now ini. ya elah zaman now he he he. 

"Beda pemimpin zaman sekarang dengan pemimpin zaman dulu, jika pemimpin zaman dulu di penjara dulu baru memimpin tapi kalau pemimpin sekarang memimpin dulu baru di penjara." 

Iya benar sekali memang begitulah fakta nya. ada lagi yang lebih menggelikan, "beda pilkada dengan Pil KB adalah jika pil KB kalau lupa biasanya jadi sedangkan pilkada kalau jadi biasanya lupa" he he he iya, kan?

Begitu ceritanya semua pada lebih suka menyalahkan pemimpin sebelumnya kalau sudah jadi sehingga lupa dengan janji-janjinya sendiri, berupaya sibuk meresmikan proyek - proyek yang telah lama digagas dan dianggarkan oleh pemimpin terdahulu untuk menaikkan citra sekaligus berperan sebagai pemadam kebakaran, yang seakan - akan telah membuat sebuah program karena meresmikan. Eh ketika proyek yang diresmikan bermasalah pemimpin lama deh tetap yang di salah kan. Memang enak pemimpin zaman now.

Berita keburukan dan kebobrokan para leader kita ini semakin meramaikan jagad dunia maya, dari skandal korupsi, skandal seks, dan skandal-skandal lainnya. Semakin jadi buah nyinyir para masyarakat khususnya para kaum muda seperti aku ini, iya beberapa paragraf diatas memang sebuah nada caci memaki dan nada nyinyir, coba lihat beranda media sosial kita hari ini.

Gimana sudah dilihat ? banyak kan ? cacian, hujatan, bagi para pendukung sang idola memaknai hujatan itu sebagai sebuah ungkapan gagal move on dari lawan, dan bagi lawan menilai sebuah dukungan adalah dukungan membabi buta, dan tidak ada benarnya sama sekali apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang memang tidak disukainya, ya jelas lah memang yang dicari kesalahannya, ketika itu terjadi kepada mereka yang kita dukung maka kita akan mencari ribuan dalil untuk membela, dari ayat - ayat Tuhan, ayat - ayat konstitusi, hingga ayat - ayat cinta jilid 2, itulah kita yang selalu memiliki standar ganda dalam menilai sebuah permasalahan dan kasus tergantung sudut pandang kita suka atau tidak, kita sebenarnya sudah sadar kita tidak pernah adil sejak dalam pikiran.

Memang sangat enak jadi penikmat kesalahan orang, apa yang kita lihat itulah yang kita definisikan sebagai fakta, jika sebuah kesalahan maka sudah pasti di pikiran kita itulah sebuah kebobrokan pemimpin kita, langsung deh, kita menghujat, menghakimi bahkan pagi ini pak hakim pun masih sarapan dengan istrinya justru kita sudah pegang palu untuk menghakimi kasus demi kasus yang faktanya sebuah kesalahan yang dibuat oleh orang yang tidak kita suka, bahkan bagi kita yang masuk kategori kelompok garis putih kita akan selalu menyalahkan siapapun mereka, tidak ada benarnya samak sekali bagi kita apa yang telah mereka lakukan buat negeri ini, ya karena memang kita fokus pada sisi negatif dan kesalahan mereka, dan sekali lagi standar ganda selalu kita terapkan, dan faktanya memang kita tidak bisa adil sejak dalam pikiran.

Ada pemimpin yang selalu teriak anti korupsi tiba - tiba terjerat kasus korupsi, belum disidang masih sebuah berita tuduhan kita langsung anti pati dan menghujatnya, walaupun apa yang telah dibuat sangat bermanfaat bagi bangsa ini, ada figur yang selalu berceramah tentang agama, dengan kata - kata lemah lembut tiba diberitakan melakukan poligami secara sah padahal, kita langsung menghujat macam - macam, " Ulama kok pikirannya selangkangan ", " ternyata kelakuan aslinya begitu toh " dan masih banyak lagi kata - kata pedas yang kita lontarkan, belum lagi ada seorang pemimpin yang programnya selalu bernuansa religius dan selalu berinovasi walau sebenarnya mungkin sebuah pencitraan juga kita tidak tau, tiba - tiba terhadang kasus pornografi langsung kita mengeluarkan rentetan hujatan, dan aksi - aksi yang berupaya mendeskreditkan sang pemimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline