Lihat ke Halaman Asli

Nawa Sri

Be Grateful to be ME...

Syukur dan Harapan dalam Meriahnya Jelang Imlek di Kota Solo

Diperbarui: 16 Januari 2017   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto. Aditya Prananda

Jika Anda tengah berada di kota Solo, Anda tentu bisa melihat banyak sekali lampion yang terpasang di seputar area Pasar Gede Solo. Ya, seperti tahun-tahun sebelumnya, lampion-lampion berwarna merah meriah itu memang sengaja dipasang untuk menyambut perayaan tahun baru imlek. Tak hanya itu, gapura bertuliskan “Selamat Tahun Baru Imlek” pun sudah terpasang di jalan seberang balaikota Solo menuju Pasar Gede.

Foto. Aditya Prananda

Ornamen imlek pun semakin menarik perhatian di depan Klenteng Tien Kok Sie, yang terletak di samping Pasar Gede. Sesosok ayam raksasa terbuat dari gabus berdiri di depan klenteng sebagai pertanda menyambut tahun ayam api yang akan segera datang.

Dan dalam dua hari kemarin, Sabtu dan Minggu, 14-15 Januari 2017, suasana klenteng pun menjadi lebih ramai dari biasanya dengan adanya acara Pao Oen, semacam acara pembersihan diri dan permohonan ampunan dengan harapan tahun mendatang senantiasa bisa memperoleh keselamatan, keberlimpahan rezeki dan kesehatan.

Foto. Aditya Prananda

Acara yang terbuka bagi umum ini bisa diikuti siapapun dan dari agama apapun, dengan mendaftarkan diri di Sekretariat Klenteng Tien Kok Sie tanpa dipungut biaya (gratis). Acara dimulai dengan menaikkan persembahan pada Sabtu petang yang dilanjutkan dengan pembukaan Sutra Phu Men Phin, dan puncak acaranya adalah pada hari Minggu kemarin.

Keramaian sudah terlihat di seputaran Klenteng Tien Kok Sie semenjak Minggu pagi. Para peserta Pao Oen maupun para pewarta berita tampak memadati lokasi untuk mengikuti jalannya acara. Dimulai dengan berbagai ritual dan pembacaan sutra sedari jam 4.30 pagi. Para pengurus Klenteng berkaus merah bertuliskan Klenteng Tien Kok Sie Pasar Gede pun tampak begitu sibuk memastikan acara berjalan dengan lancar.

Foto. Aditya Prananda

Menjelang siang, para peserta beristirahat dengan makan siang bersama. Para petugas pun sibuk membagikan makanan berupa nasi pecel, mi goreng hingga kolak pisang. Di depan Klenteng tampak pula beberapa ember besar berisi ikan lele yang sedang dinaikkan ke sebuah mobil pick up untuk dilepas di sungai Bengawan Solo. Selain ikan, juga tampak sangkar burung besar yang telah dibuka lebar pada bagian atapnya agar burung-burung di dalamnya bisa terbang bebas. Pelepasan lele dan burung ini sebagai simbol memberikan kesempatan hidup bebas bagi makhluk lainnya dengan tujuan menghilangkan karma buruk.

Acara kemudian dilanjutkan dengan meneruskan pembacaan sutra. Tampak para Bhiku dari Vihara Maha Bhodi Semarang yang memimpin pembacaan sutra untuk kemudian melakukan ritual Pao Oen, yaitu pembacaan nama-nama peserta Pao Oen yang telah mendaftar sebelumnya. Sembari para peserta membaca sutra, terlihat salah satu Bhiku menyebarkan biji-bijian hingga bunga ke seluruh penjuru ruangan Klenteng.

Foto. Aditya Prananda

Puncak acaranya adalah membagikan hio atau dupa masing-masing satu kepada para peserta untuk kemudian mereka berjalan mengelilingi Klenteng dari depan hingga belakang dan kembali ke depan untuk dilakukan ritual selanjutnya yaitu pemotongan rambut, siraman dan pembagian handuk. Di akhir acara, adapula pembagian persembahan dari para pejimsin (tamu) yang ingin bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan, Budha dan Makco Kwan Im atas keberlimpahan berkah rezeki dan kesehatan di tahun Kera yang akan segera berlalu.

Banyak diantara peserta yang sebelumnya telah memesan paket kue kura ke Sekretariat Klenteng Tien Kok Sie, yang sebelum acara sudah tertata rapi dalam kotak berwarna merah di meja persembahan untuk dipersembahkan kepada Makco Kwan Im dan para Dewa dengan masing-masing mengganti dana Rp 100.000,- yang kemudian kotak kue tersebut bisa diambil selepas acara selesai.

Foto. Aditya Prananda

Adapula yang membawa sendiri persembahan berupa kue tart berbentuk kura-kura, ada juga yang berbentuk buah persik, untuk dibagikan di akhir acara. Selain itu, banyak pula yang seminggu sebelum acara telah menyerahkan baju baru untuk diletakkan di bawah meja persembahan, dengan tujuan agar ikut didoakan dan mendapat berkah untuk kemudian dipakai di tahun baru nanti.

Dan pada hari Jumat, 27 Januari 2017 nanti, juga akan diadakan Thiam Ting (puja pelita), yang akan menyala terus selama 15 hari sampai Cap Go Meh. Masing-masing orang bisa menyalakan sendiri Ting-nya pada malam Sien Cia jam 23.00 dengan Dharma Puja Thiam Ting sebesar Rp 200.000,-. Harapannya dengan Thiam Ting ini adalah di Tahun yang baru senantiasa memperoleh penerangan kesehatan dan kesejahteraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline