Lihat ke Halaman Asli

Nawa Sri

Be Grateful to be ME...

Pelajaran dari Perjalanan

Diperbarui: 27 Januari 2016   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu dering ponsel saya berbunyi, tanda ada panggilan telepon masuk ke nomor saya. Segera setelah saya angkat dengan menekan tombol menerima, seorang wanita dari seberang telepon sana mulai berbicara. Beliau mengharapkan kehadiran saya pada acara yang akan diadakan keesokan harinya, yang bertempat di kota tetangga dengan jarak kurang lebih 1 jam menumpang kereta atau 1,5 hingga 2 jam menggunakan bus atau kendaraan pribadi.

Selepas menyudahi pembicaraan dan menutup telepon, saya pun lantas memikirkan langkah selanjutnya, akan menggunakan transportasi apa besok? Mengingat keesokan harinya adalah hari kerja, maka otomatis tak ada yang bisa mengantar. Selain itu, tempat yang saya bahkan belum tahu di mana persisnya menggerakkan tangan saya meraih smartphone dan mulai membuka peta online untuk mencari tahu.

Pagi hari berikutnya, saya sudah berada pada sebuah stasiun. Dengan sebuah tiket yang sudah berada di tangan, saya pun duduk di ruang tunggu dekat peron, menunggu kereta datang membawa saya ke kota tujuan. Menit demi menit berlalu, namun kereta tak kunjung datang. Para calon penumpang pun mulai gelisah menunggu. Setelah kami bertanya kepada petugas di sana, ternyata kereta mengalami gangguan di stasiun sebelumnya dan sedang dalam proses perbaikan, jadi kami diminta menunggu sebentar.

Beberapa saat kemudian, kereta memang datang, namun sepertinya berjalan tak seperti biasanya. Ya, kereta itu bergerak begitu lambat. Saya pun merasa saya tidak akan tiba di kota tujuan tepat pada waktu yang telah direncanakan. Dan benar saja, hampir sampai di stasiun berikutnya, mendadak kereta berhenti dan tidak bisa jalan lagi. Setelah para petugas memeriksa dan berusaha melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan, akhirnya para penumpang pun disarankan untuk menumpang kereta berikutnya yang sebentar lagi akan lewat.

Bisa dibayangkan bagaimana kalutnya para penumpang. Beberapa dari mereka ada yang hendak berangkat bekerja, ada yang sudah ada janji bertemu klien, ada yang sudah ditunggu di stasiun kota tujuan dan saya, harus menghadiri sebuah acara. Segera saya mengeluarkan ponsel dan mulai menghubungi pihak yang berkepentingan untuk memberitahukan kondisi saya saat itu yang kemungkinan besar akan sedikit terlambat. Beruntung, mereka bisa memaklumi.

Para penumpang pun segera turun untuk kemudian menunggu kereta berikutnya yang akan segera datang. Mengingat banyaknya jumlah penumpang yang berada satu kereta dengan saya, bisa dipastikan kami akan berebut masuk ke dalam kereta nanti. Apalagi kereta yang akan datang tentu juga sarat penumpang. Saya harus mempersiapkan fisik dan mental, bisik saya dalam hati.

Benar saja, begitu kereta selanjutnya datang, para penumpang mulai merangsek untuk segera naik. Namun sayangnya, karena kereta bukan berhenti di stasiun maka kami agak sedikit kesusahan untuk naik, saking tingginya jarak pijakan di pintu kereta dengan tanah. Saya pun berusaha sebisa mungkin untuk bisa naik dan masuk ke dalam kereta.

Tak disangka, seorang penumpang dari atas kereta mengulurkan tangan kepada saya dan membantu saya naik menuju pintu masuk kereta. Beruntung sekali, pikir saya, apalagi kereta belum terlalu penuh ketika saya berhasil masuk. Merasa telah dibantu, saya pun sangat berterima kasih dan secara reflek membalikkan badan dan mengulurkan tangan untuk seorang ibu yang masih berusaha naik ke dalam kereta. Sang ibu pun mengungkapkan rasa syukurnya dengan berterima kasih kepada saya. Padahal saya pun tak pernah menduga akan bisa melakukannya.

Setelah semua penumpang bisa terangkut ke dalam kereta, maka kereta pun segera melaju mengejar keterlambatan waktu yang semakin berlalu. Tampak kepenatan, kelelahan dan ketegangan di wajah para penumpang. Beberapa dari penumpang memilih duduk lesehan karena tentu saja kami tak mendapat tempat duduk. Bayangkan saja, kereta itu menampung penumpang yang seharusnya diangkut dengan dua kereta.

Perjalanan ini memang menegangkan, melelahkan namun sekaligus juga memberikan keseruan karena merupakan pengalaman baru lagi bagi saya. Dan di sepanjang perjalanan yang tersisa, saya pun berpikir bahwa perjalanan ini tentu memberikan hikmah bagi saya.

Sepenggal kisah perjalanan ini dapat memberikan pelajaran bagi kita. Betapa dalam hidup ini kita pun sedang melakukan perjalanan. Terkadang mungkin kita telah mempersiapkan dengan begitu matang namun kita tak akan pernah tahu apa dan siapa yang akan kita temui dalam perjalanan hidup kita. Entah itu rintangan, hambatan serta masalah tapi kita tetap harus meneruskan perjalanan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline