Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Terdapat dua cara penularan hepatitis B, yaitu dengan penularan vertikal dan horizontal. Penularan vertikal terjadi melalui darah, khususnya antara ibu hamil ke bayi sedangkan penularan horizontal melalui kontak langsung dengan penderita.
Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Mohammad Syahril, mengatakan bahwa penularan hepatitis secara vertikal dari ibu ke anak menyumbang sekitar 90-95%. Bayi yang terinfeksi hepatitis B kemungkinan besar untuk menjadi kronis. Perlu diingat bahwa pengobatan hepatitis B kronis memakan waktu 6 bulan-1 tahun, jika obat hanya mampu menahan virus maka tetap harus menjalani pengobatan seumur hidup.
Data Kemenkes menunjukkan bahwa pada tahun 2022 sebanyak 50.744 ibu hamil positif mengidap hepatitis B. Dari jumlah tersebut, sejumlah 35.757 bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis B. Perlu adanya deteksi dini pada ibu hamil untuk mengetahui ada atau tidaknya virus hepatitis B pada sang ibu. Kemenkes juga memberikan obat antivirus tenofovir disoproxil fumarate di 180 fasilitas kesehatan pada kabupaten/kota di 17 provinsi. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi dalam konferensi pers bertajuk Peringatan Hari Hepatitis Sedunia ke-14 yang diadakan pada hari Jum'at, 28 Juli 2023 mengatakan bahwa akan menambah wilayah untuk pemberian antivirus. Harapannya, tahun 2029 semua kabupaten/kota di Indonesia dapat memberikan obat antivirus tersebut pada ibu hamil.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H