Lihat ke Halaman Asli

Nawang Wulansari

Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi

Daya Beli Masyarakat Melemah Selama Pandemi, Bagaimana Kebijakan yang Dapat Di ambil Bank Indonesia?

Diperbarui: 3 November 2020   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mediaindonesia.com

Sudah kurang lebih delapan bulan Covid-19 menghantui masyarakat Indonesia. Terlebih di era Pandemi sekarang, korban yang berjatuhan pun semakin banyak. Terlebih banyak sekali dampak Pandemi yang dirasakan oleh masyarakat, seperti jumlah pengangguran meningkat, terbatasnya akses dalam beraktivitas diluar rumah, hingga keadaan ekonomi rumah tangga yang semakin lama semakin menurun dikarenakan sulitnya mencari pundi-pundi rupiah, dan dampak yang lain-lainnya.

Pemerintah tentunya lebih paham, bagaimana efek yang terjadi ketika Pandemi ini berlangsung lama dan terus menerus. Permasalah-permasalahan dari Pandemi ini tentunya perlu solusi yang tepat dan tanggap sehingga dampaknya tidak berlanjut semakin lama.

Salah satu dampak pandemi yang sekarang ini terjadi adalah melemahnya daya beli masyarakat kita dikarenakan menurunnya pendapatan yang diperoleh. Penurunan ini disebabkan tingginya angka pengangguran selama pandemi dikarenakan PHK dan sulitnya mencari pekerjaan. Selain itu penurunan pendapatan juga dikarenakan pengurangan gaji yang dikarenakan omzet usaha yang menurun.

Pada tahun ini, Bank Indonesia telah memberi sinyal bahwa tingkat daya beli masyarakat Indonesia akan melemah hingga akhir tahun 2020. Hal ini tentu saja memberi dampak pada rendahnya kontribusi pertumbuhan konsumsi pada pertumbuhan nasional tahun 2020. Hal ini diketahui setelah adanya sinyal bahwa laju inflasi diperkirakan akan dibawah 2% pada tahun ini. Bahkan hal ini tidak sampai batas bawah target inflasi Bank Indonesia yang sebesar 3%.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan Bank Indonesia dalam menekan lemahnya daya beli masyarakat adalah menerapkan kebijakan moneter Ekspansif. Kebijakan ini merupakan kebijakan bank sentral dengan menurunkan suku bunga cadangan dan bertujuan untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga yang bersifat Easy Money Policy sehingga jumlah uang yang beredah bertambah. Selain itu kebijakan Moneter Ekspansif dapat berupa pembelian surat-surat berharga, serta menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.

Dalam hal ini, Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah dalam mengurangi dampak yang disebabkan covid-19 di sektor keuangan dan perbankan dengan cara  menurunkan suku bunga sebesar sebesar 25 basis poin yang menjadi level 4,25% dengan sebelum diturunkan sebesar 4,5%. Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5% dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%.

Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, diharapkan kebijakan ini dapat merangsang kegiatan bisnis dalam masyarakat sehingga kegiatan perekonomian negara beransur semakin membaik dari waktu ke waktu.


Oleh: Nawang Wulansari/ Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline