Lihat ke Halaman Asli

Nawang WibiKusuma

Dimensi keterasingan

Plus Minus Kuliah Daring

Diperbarui: 20 April 2021   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jambi- Upaya pencegahan virus corona dilakukan secara menyeluruh di lembaga pendidikan sesuai Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 2, 3, dan 4 Tahun 2020, serta SE Menteri Agama RI Nomor 4 Tahun 2020 dan SE Direktur Jenderal Pendidikan Islam  Nomor 697/03/2020 tentang upaya pencegahan virus corona di Lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)

Berbagai Turunan Yuridis ini Setidaknya mengkonfirmasi dua hal yaitu, meliputi kegiatan belajar di sekolah di alihkan ke rumah,  dan Perkuliahan dilakukan secara daring (online). Dampaknya lembaga pendidikan, semisal sekolah dan perguruan tinggi menjadi sepi dan sunyi dari aktivitas belajar mengajar di kelas. Gedung pendidikan pun Seperti gedung tua yang angker dan jauh dari keramaian aktivitas belajar mengajar seperti biasanya. 

Di sisi lain, setiap pagi siswa tak sibuk lagi untuk bergegas memakai seragam sekolah, karena kegiatan belajar dipusatkan di rumah (home schooling). Pun, para mahasiswa tidak kerepotan untuk mengikuti perkuliahan di ruang kelas, sebab perkuliahan dilakukan melalui daring. Memang virus corona mampu mengubah tingkah laku dan cara pandang manusia bahwa belajar mengajar tidak harus dilakukan secara manual di kelas (luring, offline), tapi juga melalui daring sesuai perkembangan teknologi informasi (4.0).

Meskipun demikian, kuliah daring memiliki plus-minus jika dibandingkan dengan proses perkuliahan secara manual/ konvensional di kelas. Beberapa plus-minus yang diperoleh dari kuliah daring diantaranya: 

Pertama, tanpa batas jarak tapi dibatasi kuota. Kuliah daring merupakan proses perkuliahan yang memanfaatkan teknologi informasi atau jaringan internet sebagai media/ saluran pembelajaran. Nilai plus dari teknologi informasi atau jaringan internet yaitu dapat dan mudah diakses oleh siapapun tanpa dibatasi oleh jarak. Maka kuliah daring dapat memudahkan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dimanapun berada. Mahasiswa tidak harus hadir dalam sebuah ruang/ tempat tertentu secara berkerumun, cukup mengaktifkan internet dari rumah.

Tentu hal ini berbeda dengan kuliah manual yang mesti dilakukan di dalam kelas/tempat tertentu. Mahasiswa harus hadir dalam ruang/tempat tertentu secara berkerumun untuk mengikuti perkuliahan. Kadang kuliah seperti ini dianggap memberatkan, karena membutuhkan alat dan biaya transportasi, energi, waktu tempuh, dan biaya cetak tugas kuliah.

Akan tetapi, meski kuliah daring tidak dibatasi oleh jarak, namun dibatasi oleh kuota internet. Sehingga mahasiswa mesti menyiapkan kuota internet maksimal untuk mengikuti perkuliahan daring. Maka di tengah mewabahnya Covid-19 diperlukan kemurahan hati provider penyedia internet maupun kampus untuk memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Sebab tak punya kuota tak bisa kuliah.

Plus-minus yang kedua adalah mudah mengajar tapi sulit mendidik. Pendidikan bukan sekadar memberikan pengetahuan (transfer of knowledge, kognitif), tapi juga menanamkan nilai, moral dan budi pekerti, akhlak mulia (transfer of values, afektif, psikomotorik). Artinya, tugas pendidik (guru, dosen) bukan hanya mengajar tapi juga mendidik. Sebab itu, memang kuliah daring memudahkan dalam aspek belajar mengajar tapi agak menyulitkan dalam mendidik. Hal ini disebabkan kurangnya interaksi secara langsung antara pendidik dengan yang terdidik. Padahal interaksi secara langsung sangat urgen dalam pendidikan berupa menanamkan nilai, moral, budi pekerti, dan akhlak mulia (character building).

Ketiga, cenderung kerja personal bukan kolektif. Manusia itu unik dan variatif, baik dari aspek fisik, warna kulit, suku bangsa, ras, keterampilan (skill) hingga kecerdasan. Keragaman kecerdasan ini memerlukan kerjasama untuk saling terima – kasih (take and give) pengetahuan. Sebab itu, proses perkuliahan mesti menghadirkan nilai-nilai kolektifitas dan solidaritas, baik dalam kelas maupun di luar kelas berbentuk tugas atau kerja kelompok. Di sanalah mahasiswa dapat melakukan diskusi dan berbagi pengetahuan sehingga lahir sikap guyub, toleran, menghargai sesama, dan saling asah, asih dan asuh. Artinya, perkuliahan harus mampu melahirkan mahasiswa yang dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat sebagai makhluk sosial/ kolektif (zoon politicon).

Sebab itu, kuliah daring yang dilaksanakan dari jarak jauh tidak dalam satu ruang/tempat tertentu akan dimungkinkan cenderung kerja individu. Bukan mustahil dapat melahirkan pribadi yang individualistik dan egois, sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain. Padahal, manusia memiliki keragaman kecerdasan yang perlu ‘mendengar’ dan ‘memperdengarkan’ pengetahuan kepada sesama. Hal ini perlu diantisipasi oleh pendidik baik dengan cara memberikan tugas kelompok berbasis daring maupun melalui  video conference agar sesama mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik dalam perkuliahan daring. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya dominasi personalitas dalam proses perkuliahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline