REVIEW FILM THE GREATEST SHOWMAN
Judul : The Greatest Showman
Rilis : 29 Desember 2017
Sutradara : Michael Gracey
Genre : Drama Musikal
Film yang dirilis sekitar 7 tahun yang lalu ini, menceritakan perjuangan seorang pria yang bernama Phineas Taylor Barnum dalam membangun bisnis seni di dunia hiburannya. Barnum kecil dahulu hanya anak seorang penjahit yang bekerja di rumah seorang elit yang kaya raya. Majikannya tersebut memiliki putri yang cantik yang juga berumur sekitar Barnum. Putri majikannya tersebut bernama Charity. Sejak kecil Charity dan Barnum memang sering bermain bersama walaupun orangtua Charity sedikit kurang suka. Namun, kedekatan mereka justru terhenti Ketika Charity dikirim orangtuanya untuk sekolah sehingga Barnum sangat jarang bertemu. Lambat laun Charity lulus dari sekolahnya dan kembali kerumah, saat itulah mereka bertemu kembali. Charity yang sudah tumbuh dewasa begitupula dengan Barnum. Ternyata keduanya memiliki perasaan yang sama, hingga akhirnya Barnum memberanikan diri izin kepada orangtua Charity untuk menikahinya, meskipun restu dari orangtua Charity sangat sulit dikarenakan kasta keluarga yang jauh yang dimana Charity dari keluarga kaya dan terpandang, sedangkan Barnum hanya dari keluarga kelas bawah. Namun, hal itu dapat barnum lalui bahwa ia bisa memberikan kehidupan yang layak dan bahagia untuk Charity.
Kehidupan Barnum bertambah bahagia ketika ia dapat menikahi Charity dan mereka juga memiliki 2 orang anak perempuan. Diawal kehidupannya Barnum, Charity dan kedua anaknya hidup dalam kesederhanaan. Rumah dan uang yang seadanya, namun suasana keluarga mereka sangat hangat. Charity yang terbiasa hidup mewah pun sangat ikhlas menerima kehidupannya yang lebih sederhana tapi mendapat keluarga yang bahagia. Kehidupanpun berlalu, Barnum tiba tiba dipecat dari kantornya karena sebuah masalah. Masalah kehidupan Barnum pun dimulai, ia harus memutar otak bagaimana untuk mencari uang demi anak anak dan istrinya. Barnum pun meminjam uang dari bank untuk membeli sebuah museum tua di tengah kota.
Setelah itu, ia jadikan museum tersebut untuk sebuah museum pajangan. Namun, tiket yang terjual tidak banyak. Barnum harus memikirkan ide yang bagus lagi agar menarik perhatian penonton. Akhirnya ia bekerjasama dengan beberapa orang yang mungkin di perkotaan dianggap sebagai orang yang kurang. Orang orang yang selalu direndahkan oleh orang lain karena fisik mereka. Namun, dengan kerjasama dengan Barnum mereka dapat menunjukkan bakat emasnya. Barnum mengubah museumnya menjadi sebuah tempat tontonan sirkus. Orang kota mulai tertarik dengan museum Barnum. Dari sinilah Barnum mulai sukses karena penjualan tiket yang selalu habis. Ia pun juga bekerjasama dengan penyanyi terkenal saat itu yakni Jenny Lind. Hingga ia dapat membawa sirkusnya kehadapan Ratu Inggris. Barnum yang telah memiliki banyak uang itupun membeli rumah mewah yang lebih layak untuk ia dan keluarganya.
Namun, kesuksesan Barnum tetap ada rintangannya. Kehidupannya dan keluarganya yang mulai membaik harus mengalami ujian kembali. Saat itu Barnum mulai dekat dengan Jenny Lind dan istrinya menyadari hal itu. Istrinya pun sempat meninggalkannya karena ketidaksetiaan Barnum. Disaat yang sama museum Barnum kebakaran akibat orang orang kota yang membenci sirkus dan partner kerja Barnum. Museum yang habis terbakarpun membuat Barrnum hampir putus asa. Namun berkat dukungan dari partner partner sikusnya dan juga istrinya yang kembali menemani dan menyemangatinya akhirnya Barnum bangkit kembali dan memulai membangun museum tersebut. Ia pun kembali menjalani bisnis seni hiburan tersebut dan kembali menjadi bintang kota. Film ini mengangkat kisah nyata dari seorang pemain teater yang bernama Phineas Taylor Barnum yang berasal dari Amerika Serikat. Barnum hidup di tahun 1810 hingga 1891. Di kehidupan aslinya Barnum akhirnya memilih terjun ke dunia politik dengan menjadi walikota Bridgeport.
Film dengan mengangkat tema drama musikal ini memiliki lagu lagu dan tarian yang sangat menyenangkan. Dan juga kita dapat mengambil inspirasi kisah dari perjuangan Barnum dalam membangun jatuh bangun Bisnis seni hiburannya. visual yang di desain dalam film inipun cukup bagus. Dimana latar tahun 1800an nya dibuat semirip mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H