Lihat ke Halaman Asli

Ketika Tak Beragama Menjadi Lebih Baik

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kerusuhan Sunni - Syiah di Sampang Madura sangat menyayat hati. Saat kedua belah pihak mengaku ber-Tuhan yang yang sama: Allah aza Wazala. Kedua memekikan takbir yang sama Allahu Akbar. Lantas.... kenapa selalu ada pihak yang merasa paling berhak mengatur Tuhan? Ya benar kita seringkali mengatur Tuhan!!!

Saya jadi ingat tulisan mas Harsen di www.dumalana.com, dengan tajuk Di Eropa Agama akan Mati. Perbedaan keyakinan telah memunculkan arogansi satu pihak. Dominasi pada pihak lain, bahkan seringkali menghalalkan darahnya. Akibatnya, orang lebih memilih tak beragama.

Di sebagian besar negara demokrasi sekuler, muncul kecendurungan warga menyebut mereka tidak mempunyai afiliasi dengan agama. Di Belanda, jumlah golongan ini mencapai 40%, dan jumlah yang kami dapati di Republik Ceko mencapai 60%.

Berdasarkan motifnya, disebutkan karena motif sosial. Interaksi sosial dengan mereka yang berbeda agama dirasakan oleh mereka memiliki hambatan. Stereotype dan curiga selalu menyelimuti pikiran. Di Eropa, sebagian besar penduduk negara-negara tersebut menganut Agama Kristen, Islam dan yahudi. Kita mengetahui bahwa kecenderungan bentrok ketiga agama ini tinggi. Masyarakat Eropa ingin melepaskan belenggu stereotype dan kecurigaan tersebut dengan mengklaim mereka atheis.

Muculnya Agama adalah reaksi individual yang melahirkan keyakinan kolektif. Keyakinan itu berdasarkan proses internalisasi teologis yang membuahkan konsep pikir dan ritualistik. Proses panjang peyebaran keyakinan yang melahirkan keyakinan kolektif dengan nama agama ini akan diuji oleh ruang dan waktu yang semakin berkembang. Namun faktanya, Keyakinan Kolektif dengan wujud agama ini telah bergeser bahkan menjauh dari koridornya sebagai peyelamat sekaligus solutif dari problematika ruang waktu yang di huni milyaran individu.

Konsekuensi logis, Agama akan terjerembab bahkan kalah bersaing dengan keyakinan-keyakinan baru yang melahirkan Istilah baru. Tetap saja nantinya juga akan menjadi kolektivias dari sebuah keyakinan umat manusia.

Sepertinya banyak orang mulai jenuh dengan perilaku penganut agama yang mengatasnamakan agamanya melakukan intimidasi, hegemoni dan seterusnya…

Justru ketika mendapati seseorang yang mengklain tidak beragama, hegemoni dan intimidasi tidak dilakukan terhadapnya. Akhirnya… orang lebih memilih Athes! Ironis dan menyedihkan….

Jangan sampai, ketika orang mengaku tak bergama,  bukan Syiah dan Bukan Sunni menjadi lebih baik. Alamat celaka, manusia takkan lagi memiliki pegangan.

Terakhir, saya mengutip dari tulisan Pak Agus Haris Purnama Alam (konon beliau mengutip dari kompasianer): “Beragama itu membutuhkan orang lain, sedangkan ber-Tuhan cukup sendirian”

Salam damai penuh persahabatan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline