Pandemi yang tak kunjung usai memaksa semua orang untuk melakukan banyak perubahan. Begitu juga pada remaja yang mengalami banyak perubahan pada pola hidupnya. Tak jarang perubahan ini memiliki dampak buruk yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang mulai banyak diderita remaja di masa pandemi ini adalah GERD. Apa sebenarnya GERD itu?
Menurut Ajjah di penelitiannya, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi refluks isi lambung ke esofagus (kerongkongan) yang dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding esofagus. Gejala yang khas dari GERD adalah rasa terbakar di bagian dada atau yang biasa disebut heartburn. Gejala lain yang juga muncul adalah mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Penyakit ini biasanya diderita oleh orang dewasa, namun akhir-akhir ini remaja pun banyak yang menderita GERD. Mengapa begitu?
Ketidakpastian yang terjadi selama masa pandemi menimbulkan tekanan yang cukup besar bagi remaja. Kebijakan study from home membuat remaja tidak bisa bersosialisasi secara langsung dengan teman sebayanya. Situasi ini berujung pada kenaikan tingkat stress remaja yang berdampak pada ketidaknyamanan pencernaan.
Pola hidup yang cenderung buruk selama pandemi membuat remaja mengalami kenaikan berat badan. Ditambah lagi pemilihan makanan yang kurang baik seperti fastfood, makanan pedas, dan kopi semakin memperburuk pencernaan. Faktor-faktor tersebutlah yang membuat banyak remaja menderita GERD selama pandemi. Lalu bagaimana cara mengatasi GERD?
Ada 5 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi GERD, yaitu:
Kurangi konsumsi makanan pedas
Penderita GERD disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas. Hal ini karena makanan pedas bersifat merangsang lambung untuk berkontraksi dan dapat menimbulkan iritasi pada lapisan mukosa lambung.
Kurangi konsumsi makanan asam
Makanan asam sebaiknya dihindari apabila tidak ingin menderita GERD. Karena makanan asam dapat merangsang produksi asam lambung. Asam lambung yang berlebihan dapat menimbulkan iritasi pada dinding lambung.