Lihat ke Halaman Asli

Relevansi Permaianan Anak di Era gadget dalam Ranah Psikososial

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika kita mengaca pada era 90-an permainan anak seperti tarik tambang, petak umpet, main kelereng, sodor dan semacamnya masih menjadi sesuatu yang digemari oleh anak-anak kecil. Iyaa.. karena di era itu, gadget masih belum merajai zaman seperti saat ini. Permainan yang semacam itu menjadi satu-satunya opsi dalam menghiburanak dan tanpa kita sadari hal semacam itu akan menjadi kenangan indah karena saat kita beranjak dewasa hal yang paling di ingat yaitu saat bermain bersama teman-teman masa kecil kita.

Di era itu, permainan merupakan salah satu penyemangat anak dalam menapaki kehidupan mereka. Bagaimana tidak? Mereka rela, meluangkan banyak waktu diluar rumah untuk bermain bersama teman-temannya bahkan mereka sampai lupa waktu untuk sekadar mengisi perut mereka saking dari asyiknya permainan tersebut.

Namun, pergeseran paradigma semacam itu sedikit demi sedikit mulai merubah mindset seorang anak. Sekarang mereka lebih suka bermain sendirian didalam rumah bersama gadget mereka. Benar… Mereka sama-sama menikmati kedua permainan tersebut baik yang nyata (Permainan bersama teman-temannya) maupun permainan gadget yang sering mereka sebut game. Namun, jika kita menilik pada kedua nya, banyak perbedaan yang akan kita jumpai.

1.Permainan Anak

Dalam sebuah permainan, secara tidak langsung mereka akan belajar bagaimana bekerja sama dengan anggota tim. Dan mereka juga memiliki tanggung jawab terhadap diri mereka karena adanya rasa saling menghargai antar sesama temannya meskipun mereka tidak menyadari akan hal itu. Cara berinteraksi mereka pun juga berbeda karena mereka memiliki sifat sosialisme yang tinggi. Sebab solidaritas sudah tertananam dalam dirinya lewat sebuah permainan. Tanpa kita sadari hal ini juga mendidiknya dalam perkembangan psikososial. Selain semua itu, anak-anak trsebut akan mengerti makna kebersamaan.

2.Game gadget

Karena permainan ini dilakukannya sendiri maka anak akan cenderung bersifat individualisme dan egois. Dalam aksi game-nya, Mereka berupaya keras agar merekalah yang menjadi pemenang. Iya, mereka tidak tau menau tentang lawannya. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara mereka mendapat score tertinggi. Hal ini memang baik dalam memacu semangat anak. Namun, jika kita cermati lebih lanjut kapitalisme sudah mulai tumbuh dalam dirinya dan perkembangan psikososialnya tidak lebih baik dibanding mereka yang dalam kesehariannya mengerti makna kebersamaan melalui sebuah permainan anak.

*Semoga Sedikit Pengetahuan ini bisa bermanfaat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline