Lihat ke Halaman Asli

Navira Vriska

Mahasiswa

Secangkir Teh Dari Ibu

Diperbarui: 11 Oktober 2023   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan tentang bangunan sederhana dengan pagar berwarna hijau atau sofa kayu yang ada di depan rumah, melainkan tentang bagaimana sebuah bangunan tua yang dulu hampir saja roboh kini kembali kokoh seperti bangunan baru. Dengan beberapa isi dan fasilitas yang hampir lengkap, rumah ini akan membangun hasil dan kebahagian baru untuk penghuninya. Banyak orang berlalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing, tetapi seorang pria berumur dalam diamnya memandang bangunan itu dengan rasa haru dan bahagia. Entah mengapa ia diam saja disaat banyak orang berkegiatan dengan perasaan bahagia. 

Dulu sewaktu usianya masih muda. Ia bermimpi ingin mejadi seorang usahawan muda yang akan sukses saat tua nanti. Tetapi tuhan memiliki rencana lain untuk hidupnya. Rencananya dahulu baru bisa terealisasikan saat usianya hampir setengah abad. Tetapi rasa semangatnya masih ada dan sama seperti diusia mudanya. 

"Pak, kenapa melamun disini? Ayo masuk, ruangan didalam sudah hampir selesai!" Ujar seorang gadis remaja menghampiri si bapak tua sambil menepuk pundaknya untuk menyadarkan lamunannya. Bapak itu langsung merasa sadar, ia pun menolehkan kepalanya menghadap gadis disampingnya.

"Rahayu" ucap bapak itu sambil tersenyum dan menaruh telapak tangannya diatas gadis bernama Rahayu.

"Terima kasih ya, sudah membantu bapak. Bapak bahagia sekali!" Lalu terdiam sejenak.

"Kamu masuk saja dulu, setelah itu bapak akan menyusul mu!" 

"Baik pak. Rahayu masuk dahulu"

Setelah gadis bernama Rahayu telah menghilang dari hadapannya, bapak yang tidak diketahui namanya itu tersenyum lebar dengan hati yang mengucapkannya sebuah tanda syukur dengan menundukkan kepalanya.

"Terima kasih tuhan. Engkau mengabulkan permintaan ku. Aku bersyukur masih mampu membangun bangunan ini disaat usiaku sudah tak muda lagi. Semoga rezekiku bisa menjadi berkat untuk keluargaku. Amin!"

Lalu pria tua itu berjalan kearah bangunan rumah itu dan berhenti sejenak didepan tulisan besar bertuliskan "KEDAI TEH BAHAGIA".

"Rahayu, Rahayu. Kamu kenapa melamun? Apa teh buatan ibu tidak enak?" Tanya seorang wanita tua kepada anak gadis disampingnya dengan menyentuh lengannya. Rahayu tersentak sedikit, lalu menolehkan kepalanya ke arah sang ibu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline