Seperti berita yang sedang beredar baru-baru ini, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan bahwa pemerintah menaikkan harga tiket untuk turis lokal ke candi borobudur sejumlah Rp. 750.000, dan USD100 untuk turis mancanegara. Selain itu, kuota masuk juga akan dibatasi 1.200 pengunjung setiap harinya. Alasan dari naiknya tarif tersebut agar tetap menjaga kelestarian serta kekayaan sejarah dan budaya nusantara.
Memang, biaya untuk tiket masuk hanya membayar sejumlah Rp.50.000 saja, namun untuk naik harus menambah biaya lagi. Hal ini tentunya menarik perhatian rakyat, tidak sedikit dari mereka berkomentar mengeluarkan pendapat pribadi tentang harga tersebut. Dalam keputusan ini pun pemerintah tidak melibatkan balai konversi borobudur, alih-alih disuruh bungkam, mereka bahkan tidak diajak untuk berkoordinasi mengenai kenaikan harga.
Membatasi pengunjung memang langkah yang tepat, agar tidak bergerombol dan menjaga kualitas peninggalan sejarah. Pembatasan ini bisa dilakukan dengan menggunakan sistem per sesi, agar pengunjung lokal lebih teratur dan tertib untuk berdatangan. Lain hal dengan kenaikan harga, keputusan tersebut harus dikaji dengan berbagai pertimbangan dan lebih melibatkan beberapa pihak terkait supaya mencapai keputusan mufakat dengan dampak yang baik kedepannya.
Tanah berdirinya sejarah memang mahal, dibayar maupun di labelkan dengan harga yang paling tinggi pun juga tidak akan tertandingi. Namun dengan memberikan harga mahal bagi penduduk lokal juga bukan hal yang mudah untuk merealisasikan keputusan tersebut.
Kalangan atas mungkin sanggup membayar mahal untuk sekedar naik candi dan melihat keindahan peninggalan sejarah, sedangkan bagaimana nasib kalangan menengah dan bawah?
Hanya berswafoto di bawah, tidak menelusuri keindahan yang ada di puncak candi, lalu nasib dari pedagang kecil hanya merenungi barang dagangan yang tidak laku seperti dulu? Apa dengan menaikkan harga akan benar-benar menjamin keutuhan bangunan bersejarah tersebut?
Pihak pemerintah harus lebih fokus dan memperhatikan keputusan final yang akan diambil serta dampak ke depan bagi penduduk lokal. Kenaikan harga bisa membuat rakyat mengalami amnesia pada bangsanya sendiri, terlebih seperti mengubur dan tidak tahu-menahu tentang peninggalan sejarah lainnya.
Dengan kenaikan harga, penduduk lokal juga tidak tau rincian hasil anggaran tersebut dipergunakan untuk apa, jika memang begitu, untuk menjaga kelestarian cukup dengan membatasi kunjungan saja, keputusan kenaikan harga harus dikaji dengan berbagai sudut perspektif dengan banyak pihak yang berkontribusi supaya mencapai keputusan final antara pemerintah dengan forum rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H