Dalam menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik, tidak dapat dilakukan dengan hanya pembentukan secara fisik saja, tetapi pembangunan non-fisik juga harus diperhatikan. Pembangunan secara non-fisik yakni sumber daya manusianya. Setiap orang pasti memiliki kepribadiannya masing-masing. Sebagian orang dapat bergaul dengan mudah, dan sebagian lainnya lagi kesulitan dalam membangun interaksi sosial. Hal sperti ini dapat membuat orang yang kurang percaya diri sulit dalam menjalankan sesuatu dalam keramaian dan hal tersebut terkadang sangatlah menyusahkan. Untuk itu diperlukan pembangunan karakter atau character building.
Character building merupakan sebuah upaya untuk membangun karakter yang berupa sifat, moral, dan budi pekerti seseorang menjadi lebih baik (Mataheru, Succes Trough Character Building 2018). Character building memiliki peran untuk membantu menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya,seperti cara mengambil keputusan, menentukan perkataan, sikap, dan juga tindakan. Character building juga bermanfaat dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki moral yang baik. Orang-orang cerdas dan berpengetahuan sekalipun jika tidak memiliki kelakuan tidak terpuji tetap tidak akan disukai orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa character is more than power.
Dalam meningkatkan character building, dapat dimulai dari lingkungan terdekat kita, misalnya lingkungan belajar. Guru atau dosen dapat menjadi mentor yang baik dalam membangun karakter siswanya dengan mengedukasi serta mencontohkan tindakan baik dan beradab. Penciptaan komunitas moral antar siswa juga dapat meningkatkan kemampuan sosial sesorang dengan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam skala yang lebih besar, pemerintah dapat membantu masyarakatnya dalam mengasah character building dengan menerapkanya sebagai salah satu materi dalam kurikulum.
Salah satu cara dalam character building dilakukan dengan melalui pembelajaran yang kooperatif, yaitu guru membentuk kelompok belajar kooperatif dengan menjadikan satu anak-anak yang kesulitan dalam bersosialisasi – Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responbility (2009). Kegiatan belajar secara kooperatif mampu mendorong interaksi yang positif, memungkinkan siswa untuk saling membantu dalam belajar, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
Sejatinya character building tidaklah semudah yang dibayangkan. Character building memerlukan konsistensi dari dalam diri kita agar terus dapat berkelanjutan menjadi sesorang yang positif dan lebih baik dari sebelumnya. Disiplin adalah kunci utama dalam keberhasilan character building. Dengan character building ini berarti kita mewujudkan suatu kualitas positif yang dimiliki sehingga membuatnya menarik dan atraktif. Sebab itu, terus meningkatkan character building berarti juga meningkatkan kualitas yang ada pada dalam diri kita.
Dalam meningkatkan character building, terdapat beberapa factor-faktor yang perlu untuk dikembangkan. Beberapa di antaranya seperti kebersamaan atau gotong royong, kepedulian atau solider, sopan santun, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan, rasa tanggung jawab, serta simpati dan empati. Nilai-nilai tersebut jika terus dilatih dan diimplementasikan kedalam kehidupan nyata dapat sangat membantu character building sesorang menjadi lebih baik. Selain itu orang-orang yang merasakannya pun tentu akan memberikan rasa hormat terhadap perilaku positif yang diberikan.
Character building dapat dilakukan dimanapun, selain di lingkungan belajar, dapat pula dilakukan di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan juga lingkungan pergaulan. Pastikan selektif dalam memilih pergaulan, karna pergaulan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan arah perubahan dari character building yang sedang di alami. Pilih pergaulan yang positif dapat ikut membentuk karakter positif dalam diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H