Lihat ke Halaman Asli

Dari 1000 Penduduk, Hanya 1 yang Membaca? Berikut Fakta Tingkat Literasi di Indonesia

Diperbarui: 10 Januari 2023   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membaca merupakan proses yang paling mendasar dalam kegiatan belajar mengajar. Membaca juga merupakan kunci keberhasilan dari proses belajar. Sebab dengan membaca, seseorang dapat memiliki daya pikir dan daya kreativitas yang tinggi. Keberhasilan seseorang dalam belajar juga ditentukan oleh pengalaman dalam membaca. Namun, kenyataannya dibalik banyaknya dampak positif yang dihasilkan, masih banyak masyarakat yang enggan membaca.

Tentunya terdapat faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi malas untuk membaca diantaranya lingkungan yang kurang mendukung, fasilitas yang kurang memadai, kecanduan handphone dan televisi serta rasa bosan dan malas. Di zaman sekarang, seseorang cenderung lebih memilih kegiatan yang menarik dan tidak membosankan. Kegiatan membaca yang terkenal tidak menarik dan membosankan perlahan mulai ditinggalkan masyarakat, lantas bagaimana tingkatan literasi di Indonesia?

Berdasarkan hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan, budaya membaca masyarakat Indonesia pada 2012 berada diposisi terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut. Sementara, Vietnam justru menempati urutan ke-20 besar.

Pada penelitian yang sama, PISA juga menempatkan Indonesia pada urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti untuk tingkat membaca siswa Indonesia. PISA menyebutkan, tak ada satu siswa pun di Indonesia yang meraih nilai literasi ditingkat kelima, hanya 0,4% siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat empat.

Sedangkan, menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), indeks literasi di Indonesia hanya 0,001 (dari setiap 1000 penduduk, hanya 1 orang yang membaca). Rata-rata masyarakat Indonesia hanya membaca 0-1 buku setiap tahunnya. Dibandingkan dengan warga negara Amerika Serikat, perbandingannya sangat jauh. Mereka bisa membaca 10-20 buku dalam satu tahun, dan warga Jepang bisa membaca 10-15 buku dalam satu tahun.

Survei juga telah dilakukan oleh Asivilasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), mereka mengungkapkan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet, yang menjadi salah satu faktor literasi berkurang di Indonesia karena terpengaruh budaya teknologi.

Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan Nasional RI, menjelaskan bahwa sekarang, tingkat melek huruf penduduk Indonesia sudah mencapai 94% dari 250 juta jiwa. Berarti tinggal 6% saja yang buta huruf. Sejatinya, ini merupakan pencapaian yang sangat membanggakan.

Namun, faktanya di Indonesia tingkat buta hurufnya masih sangat tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian Timur, antara lain daerah Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat. Di daerah tersebut memang memiliki beberapa faktor yang jelas terlihat sebagai penyebab dari tingginya buta huruf yang terjadi. Faktor yang paling utama adalah faktor minimnya sarana infrastruktur dan lemahnya sumber daya manusianya.

Dilain sisi, Angka Melek Huruf (AMH) di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2011, tercatat AMH untuk usia 15 tahun ke atas hanya sebesar 92,81%. Pada tahun 2021, persentase tersebut terus meningkat hingga mencapai 96,04%.

Secara rinci, AMH laki-laki tercatat sebesar 97,43%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan AMH perempuan yang hanya sebesar 94,65%. Berdasarkan tipe daerahnya, AMH di perkotaan mencapai 97,82%. Persentase tersebut juga lebih tinggi di daerah perdesaan yang hanya sebesar 93,65%.

Berdasarkan data di atas, tingkat literasi di Indonesia masih terbilang berada di tingkatan yang rendah. Masyarakat Indonesia masih belum bisa menjadikan membaca sebagai budaya yang melekat dalam diri. Untuk itu, guna meningkatkan budaya literasi dalam masyarakat diperlukan pembiasaan rutin dalam membaca, serta memanfaatkan penggunaan teknologi sebagai media untuk membaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline