Penulis : Naurah Sari Nur Khalisha
Saat ini, jumlah kasus infeksi virus corona di Indonesia kian meningkat. Menurut data dari covid-19 global cases by JHU CSSE pada kamis (01/07/2021) menunjukkan kasus positif di Indonesia saat ini mencapai 2,2 juta kasus dan jumlah korban meninggal dunia mencapai 58.995 jiwa. Beruntung setiap bertambahnya kasus positif, bertambah pula jumlah pasien yang sembuh. Meningkatnya penularan virus corona ini dikarenakan masyarakat sudah mulai mengabaikan protokol kesehatan yang berguna untuk mencegah penularan virus corona dan meminimalisir bertambahnya angka kasus.
Tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan kian lama kian menurun, padahal situasi pandemi Covid-19 saat ini masih belum memperlihatkan tanda-tanda membaik. Monitoring kepatuhan protokol kesehatan tingkat nasional per 27 Juni 2021 yang disusun oleh bidang data dan IT satuan tugas penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa sebanyak 44 dari 341 kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat memakai masker kurang dari 60%, dan sebanyak 47 dari 341 kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat menjaga jarak dan menghindari kerumunan kurang dari 60%. Hal ini menunjukkan sekitar 13% masyarakat di Indonesia memiliki tingkat kesadaran yang kurang untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Dengan diabaikannya protokol kesehatan maka berakibat pada semakin meningkatnya kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Berdasarkan persentase kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan yang dijabarkan dalam laporan monitoring kepatuhan prokes Nasional, ada sebanyak 5 lokasi kerumunan dengan tingkat tidak patuh menjaga jarak tertinggi yakni bandara, rumah makan, rumah, sekolah dan yang terakhir tempat wisata. Jika terus dibiarkan seperti ini, jumlah kasus positif di Indonesia bisa saja terus terjadi pelonjakan. Padahal, saat ini angka keterisian tempat tidur menunjukkan situasi darurat yakni melebihi 90%. Di Bekasi contohnya, karena pasien yang terus bertambah RSUD Bekasi harus mendirikan tenda darurat sebagai pemeriksaan pertama pasien yang terindikasi corona.
Ada banyak faktor yang memungkinkan beberapa masyarakat selalu mengabaikan atau mulai mengabaikan prokes yang berlaku, masalah ekonomi dan adanya rasa ketidak percayaan terhadap ada atau tidak nya Covid-19 itu sendiri adalah salah satunya. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk tetap berangkat bekerja atau dinas keluar kota dengan alasan kalau bukan dirinya yang menafkahi keluarganya siapa lagi, ada pula sebagian masyarakat yang tidak percaya akan adanya corona virus atau mereka menganggap virus ini bukanlah virus yang nyata, terbukti dari beberapa unggahan di sosial media milik warga Indonesia yang mengatakan Covid-19 hanyalah penyakit yang menyerang orang-orang kaya. Jadi mereka yang berpikiran demikian cenderung mengabaikan protokol kesehatan.
Ketika saya bertanya mengenai alasan mengapa banyak masyarakat mulai mengabaikan protokol kesehatan pada salah satu narasumber yang saya kenal baik di lingkungan saya tinggal, beliau berpendapat bahwa "pemerintah kurang tegas, karena masih membiarkan adanya akses keluar masuk dari luar kedalam negeri. Jadi saya yang awalnya menuruti semua aturan pemerintah dan menjalankan prokes, jadi malas dan merasa kecewa".
Menurut saya, yang paling penting sekarang adalah bukan tentang apa dan bagaimana pemerintah saat ini. Tapi bagaimana menjaga kesehatan diri kita, jangan sampai kita menjadi korban selanjutnya dari Covid-19. Bagaimana pun juga, kita semua pasti ingin kembali ke kehidupan normal kita, dimana tidak ada batasan untuk bepergian, kembali ke sekolah, serta bisa kembali bertemu dengan teman dan sanak saudara.
Dilansir dari laman twitter salah satu dokter paru Indonesia, pada tanggal 30 Juni 2021 beliau mengunggah surat seruan para guru besar Fakultas Kedokteran Indonesia yang ditujukan pada pemerintah terkait situasi darurat Covid-19.
Para guru besar FK UI ini, setelah sebelumnya menyerukan pemerintah untuk melakukan lockdown, sekarang kembali menyerukan kepada pemerintah untuk memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro dan gerakan 6M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi keramaian, mengurangi mobilitas dan menghindari makan bersama.
Para guru besar ini meminta pemerintah bukan sekedar memberi himbauan, tetapi pemerintah juga harus melakukan berbagai upaya untuk memfasilitasi dan mendukung masyarakat untuk dapat menjalankan PPKM Mikro dan 6M dengan baik, sehingga pemerintah dan masyarakat bisa saling bahu membahu dalam memutus tali rantai persebaran Covid-19.
Kita sebagai warga tidak bisa selalu menyalahkan pemerintah, begitu pula sebaliknya. Pemerintah memberi arahan dan kita sebagai warga cukup menjalankannya. Pemerintah bertanggung jawab atas warganya, kita sebagai warga bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Jangan biarkan rasa curiga membuat kita mengabaikan kesehatan dan keselamatan diri sendiri serta orang-orang sekitar. Warga cerdas utamakan kesehatan. Laksanakan prokes dan jalani vaksinasi demi masa depan aku, kamu dan kita semua.