Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Belum Siap Jalankan "Full Day School"

Diperbarui: 28 September 2016   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

                                                                                                                                                                                                                       

Pendidikan merupakan suatu tonggak terpenting untuk berkembang di tengah peradaban yang terus maju. Alokasi dalam pendidikanpun selalu menjadi pusat perhatian pemerintah baik dari segi pemenuhan fasilitas, penyesuaian kurikulum, kualitas pengajar dan lamanya waktu di sekolah . Alokasi dalam hal ini adalah pembagian suatu unsur yang menunjang jalan dan berkembangnya mutu pendidikan di Indonesia.

Bercermin pada Negeri Sakura, taraf pembentukan sumber daya manusianya sangat dijunjung tinggi terlihat dari lamanya jam sekolah berlangsung. Di Jepang, kegiatan sekolah berlangsung dari Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00-15.00 waktu setempat atau disebut Full Day School (FDS). Pada FDS, siswa bukan hanya mengikuti pembelajaran di kelas tapi juga menggali potensi mereka melalui semua kegiatan seusai belajar termasuk olahraga dan ekstrakurikuler. Hal ini membuktikan bahwa sekolah bukan hanya untuk mengejar suatu nilai yang kognitif, tapi juga pembentukan karakter, kemampuan dan pengembangan diri.

Kegiatan FDS turut diusulkan oleh Muhadjir Efendi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Di awal masa jabatannya, ia ingin melakukan gebrakan mengingat banyak sekali “siswa liar” di luar sana. Lihat saja, penyimpangan banyak sekali terjadi ketika pulang sekolah seperti begal, tawuran, narkoba, seks bebas, tindak kriminal, dll.. Maka dari itu, FDS diutamakan untuk mengantisiapasi agar siswa tidak melakukan kegiatan-kegiatan negatif di luar sekolah. Pemerintah memberi ruang sebesar-besarnya supaya siswa mampu berkarya di sekolah dengan fasilitas sarana dan waktu yang ada.

Ditinjau dari aspek tujuannya, program FDS ini sebenarnya menaruhkan kita banyak manfaat terutama dalam mencapai tujuan Indonesia yakni “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kecerdasaan tersebut bukan hanya menekankan segi akademis tapi juga pendidikan karakter. FDS akan berpengaruh besar bagi anak muda yang rentan sekali dengan gejolak-gejolak negatif yang terjadi. Walau demikian, masih banyak kontra dan hambatan untuk pembentukan program ini ditinjau dari kondisi masyarakat.

Sebenarnya sesuatu yang akan dicanangkan seharusnya memperhatikan kondisi yang saat ini terjadi. Jikalau ketetapan ini diterapkan di seluruh Indonesia, Apakah dapat dilaksanakan seluruh lembaga pendidikan? Tentunya tidak. Untuk melaksanakan FDS pemenuhan fasilitas sekolah seperti laboratorium, perpustakaan dan ruangan lainnya harus terpenuhi. Lantas bagaimana dengan daerah pedesaan ataupun sekolah di pelosok sana yang mengakses sekolah saja harus menempuh waktu berjam-jam dengan melintasi jalanan yang tidak tergolong mulus. Dilihat dari segi sarana dan prasarananya juga banyak sekolah yang masih butuh perbaikan, renovasi dan pemenuhan fasilitas yang layak. Di perkotaan mungkin sudah bisa dilaksanakan secara menyeluruh tapi bagaimana dengan daerah yang krisis akan infrastruktur yang memadai tersebut. Jika FDS diberlakukan untuk seluruh Indonesia, tentunya akan menimbulkan kesenjangan dalam bidang pendidikan karena pemenuhan alokasi belum terbilang merata.

Bukan hanya itu, minimnya jumlah pengajar di pedesaan juga menjadi faktor terhambatnya program ini. Dengan bertambahnya jam di sekolah maka sebenarnya tenaga pengajar juga harus ditambah. Lantas, bagaimana penerapan FDS dapat dilakukan secara maksimal jika dalam jam belajar wajib saja masih ditemui daerah-daerah yang kekurangan guru. Pada kenyataannya pula, penambahan jam sekolah turut menambah jam kerja guru-guru. Artinya tanggung jawab guru terhadap nilai dan pembelajaran harus lebih ketat lagi, alokasi tunjangan untuk guru harus dipikirkan kembali. Pengajar juga harus mengorbankan banyak waktunya di sekolah dan waktu untuk melaksanakan tanggung jawab di rumah seperti memasak, mengurus anak, mencuci, dll menjadi minim.

Siswa dan guru juga sangat berpotensi stress jika tidak mampu menuai ide dan kreativitas baru dalam kegiatan FDS. Karena sejatinya, seseorang akan bosan jika yang dilakukannya hanya hal yang sama secara berulang. Terlebih lagi jika kebijakan ini dilaksanakan oleh guru-guru yang dekat dengan masa pensiun, pikirannya tidak up to date dan fresh lagi. Hal ini menyebabkan siswa tidak mampu menyerap materi dengan baik dan waktu yang amat lama di sekolah hanya sia-sia.

Penerapan program ini juga harus melihat dari sisi keamanan lingkungan sekolah. Jika siswa dibiarkan tinggal di sekolah sampai sore, apakah keamanan mereka akan terjamin? Karena belum tentu daerah tempat sekolah itu berdiri aman dari maling. Ada banyak kemungkinan buruk yang mungkin terjadi misalnya pencurian barang di tas dan kehilangan motor di parkiran. Jika pelajar pulang terlalu sore juga rentan dibegal karena jalanan yang mulai gelap. Maka dari itu jobdesk bidang keamanan harus lebih ditingkatkan lagi terutama di dalam lingkungan sekolah.

Program ini juga direncanakan ditengah masalah kurikulum yang sedang terjadi. Terdapat ketidaksamaan kurikulum pada setiap sekolah karena ada yang menggunakan kurikulum lama dan baru. Sistem penerapan kurikulum yang terus dirombak dan diubahpun masih tergolong simpang siur. Bisa dikatakan, FDS belum siap diterapkan di Indonesia karena masih perlu pembenahan kembali tentang kurikulum. Bagaimana mungkin program penambahan jam sekolah ini terus direalisasikan ditengah sistem Kegiatan Belajar Mengajar (kurikulum) masih belum mantap, ini akan menyulitkan FDS dalam pelaksanaanya.

Pada dasarnya program ini bertujuan untuk mengisi waktu untuk kegiatan positif di sekolah. Tapi jika ditinjau lagi akan mengurangi waktu dengan keluarga, tetangga dan dunia luar untuk bersosialasi. Sehingga pelajar hanya fokus dengan kegiatan di sekolah dan hanya berinteraksi dengan teman yang ada di sekolah. Di sisi lain, FDS mampu membantu orang tua yang sibuk dengan karir atau pekerjaannya seperti halnya di perkotaan mengawasi perbuatan anaknya agar tidak kea rah negatif. Tapi bagaimana dengan pelaksanaan di daerah yang sesuai sekolah biasanya anak membantu pekerjaan orangtua seperti memberi makan ternak, bertani, berkebun, dll. Tentunya aspek keadaan daerah juga patut menjadi pertimbangan program ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline