Lihat ke Halaman Asli

Naurah Fatihah

Universitas Airlangga

Tak Hanya Lezat tapi 5 Makanan Nusantara ini Memiliki Makna Mendalam di Baliknya

Diperbarui: 3 Desember 2024   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Salah satu aspek yang paling mencolok dari keberagaman ini adalah kuliner. Setiap daerah di Indonesia memiliki hidangan khas yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan filosofi kehidupan. Makanan tradisional sering kali menjadi simbol dari tradisi, sejarah, dan cara hidup masyarakat setempat. Di balik setiap hidangan, terdapat makna yang mendalam yang mencerminkan pandangan hidup, keyakinan, dan hubungan manusia dengan alam serta sesama.

      Makanan tradisional ikut hadir dalam event-event tertentu salah satunya event yang diadakan Universtitas Ailangga. Dalam rangka Dies Natalis ke-70, Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar bazar Pasar Lawas di Boulevard Kampus MERR-C, Minggu (10/11/2024.

       Nah Sekarang kita akan menjelajahi lima hidangan tradisional yang dijual saat event bazar di Universitas Airlangga yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan makna dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Bersiaplah untuk terinspirasi oleh kekayaan kuliner Nusantara yang mengungkapkan lebih dari sekadar tetapi menceritakan kisah hidup yang penuh makna.

  • RENDANG

        Sering mendengar hidangan ini? Rendang merupakan makanan khas dari Sumatera Barat yang bahan utamanya berasal dari daging sapi, santan, dan cabai. Makanan yang pernah menjadi makanan terenak didunia ini ternyata memilki filosofi dari bahan pembuatannya lho!.

       Daging sapi yang dimasak dalam waktu lama hingga berjam-jam melambangkan niniak mamak (paman) dan bundo kanduang (ibu) yang akan memberi kemakmuran kepada anak dan keponakan. Santan yang Memberikan sensasi rasa gurih dan nagih pada rendang melambangkan kaum yang cerdik dan pandai, Sedangkan, cabai (lado) adalah lambang ulama yang saleh dan tegas dalam mengajarkan agama.

  • KOLAK

       Ramadan akan terasa kurang jika tidak ada makanan yang satu ini. Kolak adalah salah satu makanan Nusantara yang sering kita temui saat bulan Ramadan. Makanan penutup khas indonesia satu ini, berbahan dasar umbi-umbian, daun pandan, gula aren, dan santan. Biasanya, kolak Disuguhkan saat masih hangat, namun bisa juga disuguhkan secara dingin dengan menambahkan es batu ke dalamnya.

       Dalam bahasa Jawa umbi-umbian pendam pada kolak disebut “polo pendem”. Yang artinya mengingatkan kita jika pada akhirnya setiap manusia yang hidup akan dipendam atau dikubur. Bahan santan pada kolak mengandung arti “sing salah nyuwun ngapunten” yang maksudnya adalah siapa pun yang berbuat salah ‘haruslah’ meminta maaf.

  • SATE LILIT

       Kalau Ngomongin makanan khas Bali, tentu salah satu yang terpikirkan adalahh sate lilit. Sate Lilit memang memiliki makna yang dalam dalam konteks budaya dan hubungan manusia dengan alam. Sesuai namanya proses melilitkan daging pada batang serai atau bambu tidak hanya sekadar teknik memasak lho, tetapi juga mencerminkan keterikatan yang erat antara manusia dengan sumber daya alam. Dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti serai atau bambu, sate lilit menunjukkan penghormatan terhadap alam dan kepekaan terhadap lingkungan.

       Bentuknya yang memanjang dapat diinterpretasikan sebagai simbol perjalanan hidup yang terus berlanjut, mencerminkan dinamika kehidupan yang penuh liku. Setiap gigitan sate lilit juga dapat dianggap sebagai pengalaman yang memperkaya perjalanan tersebut.

  • PAPEDA

       Siapa penggemar papeda di sini? Papeda adalah makanan tradisional di daerah Papua dan Maluku. Terbuat dari sagu yang memiliki konsistensi kental dan lengket, menjadikannya unik di antara makanan lainnya. Hidangan ini biasanya disajikan bersama kuah ikan atau masakan berkuah lainnya, seperti kuah ikan bakar atau kuah sayur, yang tidak hanya memperkaya rasa tetapi juga meningkatkan nilai gizi.

       Dalam pandangan masyarakat Papua, papeda memiliki makna sebagai simbol persatuan dan kedamaian. Nama papeda merupakan singkatan dari "Papua Penuh Damai" yang mencerminkan harapan bahwa papeda dapat menyatukan keberagaman dan perbedaan yang ada di dalam masyarakat Papua, sehingga menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis, bebas dari konflik antar suku atau adat. Makanan ini menggambarkan hubungan yang mendalam antara manusia, alam, dan komunitas, serta warisan budaya yang patut dipertahankan.

  • KETUPAT
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline