Lihat ke Halaman Asli

NAURA ALFIYYAH RAHMA

UPN "Veteran" Jakarta

Bahaya Filter Bubble dan Echo Chamber: Fanatisme Berujung FoMO

Diperbarui: 25 November 2024   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Terjebak Filter Bubble. Sumber : journalistsupport.net

Sebagai generasi yang hidup di era digital, sudah tidak asing lagi mendengar sebutan media sosial. Di tengah kesibukan generasi muda zaman sekarang, mencari kebutuhan hiburan sangatlah penting. Meluangkan waktu untuk menonton berbagai konten di media sosial merupakan langkah yang sering dilakukan generasi muda, meski ini bukan pilihan terbaik yang dapat dijadikan solusi. Konten yang sering kita konsumsi secara tidak sadar membuat penggunanya berputar di lingkup yang sama. Hal ini dikarenakan konten yang disajikan secara tidak sadar merupakan cara kerja dari algoritma media sosial yang bernama filter bubble dan echo chamber. Kehadiran filter bubble dan fenomena echo chamber inilah yang menciptakan perilaku pengguna media sosial dalam mengonsumsi sebuah konten, yaitu fanitisme.

Filter bubble merupakan algoritma yang disajikan media sosial berupa disajikannya konten serupa sesuai dengan pencarian penggunanya (Wulandari et al., 2021). Filter bubble yang diciptakan media sosial menjadi salah satu pemicu datangnya fenomena echo chamber. Fenomena echo chamber adalah fenomena yang menggambarkan kondisi seseorang seperti berada di ruang gema dengan mendengar suara sendiri (Dani, 2019). Algoritma yang disajikan filter bubble pada media sosial menyebabkan penggunanya menyaksikan konten serupa secara terus menerus. Adanya sikap fanatisme dapat menimbulkan rasa FoMO di dalam diri seseorang.

FoMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out yang mempunyai makna yaitu takut ketinggalan. Menurut Przybylski, at al (dalam Amanda & Nurjanah, 2023) FoMO merupakan kecemasan berlebihan yang muncul pada diri seseorang akibat ia tidak bisa hadir dalam suatu kejadian atau pengalaman tertentu sehingga tidak dapat mengalami apa yang orang lain alami. Faktor utama mengalami FoMo bagi kalangan remaja yaitu sosial media, dan konten yang dikonsumsi para pengguna media sosial. Belakangan ini, para remaja terutama gen Z banyak mengalami fenomena FoMO. Fenomena tersebut juga merupakan efek samping dari perilaku fanatisme. Fanatisme membuat seseorang mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan dan menimbulkan perilaku buruk lainnya yaitu FoMO alias tidak ingin dirinya ketinggalan kabar dari objek yang mereka kagumi (Amanda & Nurjanah, 2023).

Fenomena FoMO yang belakangan ini sering terjadi yaitu maraknya pembelian boneka La Bubu. Asal fenomena FoMO pembelian boneka La Bubu dimulai dari seorang aktris Korea yang memakai gantungan kunci berkarakter La Bubu tersebut. Hal tersebut membuat masyarakat yang terutama yang memiliki perilaku fanatisme menjadi ikut-ikutan alias FoMO, ditambah lagi maraknya content creator yang menyebarkan konten mengenai boneka tersebut di media sosial. Ini membuktikan bahwa perilaku FoMO datangnya dari kebiasaan orang-orang memantau suatu informasi tersebut secara terus menerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline