Dunia pendidikan adalah daerah dimana proses tranformasi keilmuan dilakukan menggunakan banyak sekali cara & taktik pengajaran. Pada era sebelum internet, sistem pendidikan dilakukan secara konvensional menggunakan contoh ceramah. Akan namun dalam era internet dimana perkembangan media & teknologi berkembang relatif pesat. Model & taktik pendidikan berjalan menggunakan pemanfaatan media & teknologi menjadi wahana pembelajaran yg dikenal menggunakan media pembelajaran. Dalam komunikasi pendidikan ada beberapa unsur yakni; pengajar menjadi komunikator pendidikan, anak didik menjadi peserta & komunikan pendidikan & forum pendidikan menjadi ruang & saluran komunikasi pendidikan. Sedangkan media pendidikan adalah mediator terlaksananya pendidikan. Dalam hal ini media pendidikan nir hanya sekedar alat yg berisi content media pendidikan akan namun Menurut Harjanto; "Media adalah suatu extensi insan yg memungkinkannya mensugesti orang lain yg nir mengadakan kontak pribadi menggunakan dia."(Harjanto, 2006: 246).
Dalam konteks belajar & pembelajaran, media bisa diartikan menjadi segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi ajaran menurut pengajar menjadi komunikator pada anak didik menjadi komunikan.
Namun dewasa ini ketika perkembangan media & teknologi berjalan sangat cepat sebagai akibatnya memungkinkan pengguna media dibuat melek fakta agar tidak terjebak dalam arus fakta yang Galat atau Hoax. Dunia pendidikan harus menjadi perintis media yg netral dari banyak sekali kepentingan elite yang menjadikan pendidikan sebagai wahana buat memperoleh popularitas, pencitraan & kekuasaan.
Pengetahuan akan literasi media & fakta pada pendidikan harus sanggup untuk ditingkatkan. Yang dimaksud menggunakan literasi media adalah "ability to access, analize, evaluate and communicate the content of media messages". Literasi media jua bermakna kemampuan buat memahami, menganalisis & mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan ini ditujukan supaya netizen kaula muda menjadi konsumen media massa termasuk anak-anak sadar atau melek tentang cara media dikonstruksi/dibentuk & diakses.
Seiring berjalannya waktu, arus fakta semakin gampang disebarkan. Begitu juga teknologi yang menghantarkan fakta kian cepat per-kembangannya. Publik menjadi target atau target penyediaan fakta tentu sangat diuntungkan menggunakan perkembangan teknologi komunikasi masa kini. Namun, di sisi lain tidak sedikit perusahaan media yang gencar melakukan penyediaan fakta menjadi usaha yang menggiurkan dan pada akhirnya membentuk industri media.
Namun fenomena ini tidak diimbangi dengan menggunakan kecerdasan pada pengolahan fakta. Kemampuan literasi media yang buruk akan membawa imbas yang buruk terhadap fakta yang diperoleh terkait kebenaran fakta tersebut. Maka membentuk pencerahan berliterasi media setidaknya akan membantu di dunia pendidikan. Penyajian bagaimana pengetahuan akan literasi media & fakta sangat krusial untuk menjadikan pendidikan menjadi daerah keilmuan yang berwibawa & terhormat. Hal ini krusial terkait menggunakan banjirnya fakta terus menerus yang sulit diketahui kebenarannya.
Dunia pendidikan dimana selalu berafiliasi new information harus mampu mengetahui sejauh mana fakta yang sahih & krusial sebagai akibatnya agar tidak terjebak pada banjir fakta yang tidak jelas. Fakta mulai berdasarkan fakta aktual, intertaiment, wisata, food & pendidikan. Sulit diyakini kebenaran contentnya saat arus fakta & hoax menghinggapi dinding media sosial pengguna smartphone waktu ini. Literasi media sebagai kebutuhan dalam abad ini, supaya hasil pendidikan yang diperoleh lebih santun, beretika & bermoral.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memahami pembelajaran literasi media, diantaranya bagaimana para peserta didik bisa mengumpulkan dan mengolah kembali informasi yang didapat, mengevaluasi kualitas, relevansi dan kegunaan informasi. Dari situlah diharapkan guru agar memberikan pemahaman kritis kepada siswanya dalam menggunakan media. Pengajaran tentang media literasi seharusnya bisa menjadi mata pelajaran yang harus diajarkan kepada para siswa SMA. Karena para siswa yang telah menjadi netizen di media sosial mengharuskan mereka harus berpikir kritis dalam penggunaan media, serta dampak buruk dari penggunaan media itu sendiri.
Pengajaran media literasi juga berguna untuk menghindari budaya instan dalam mengakses informasi melalui media internet. Budaya inilah yang menyebabkan para netizen kurang peka dalam merespon setiap informasi dan acapkali latah untuk menyebarluaskan informasi yang belum valid kepada netizen lainnya. Mereka barangkali sudah dibekali dengan sarana memperoleh informasi yang mudah dan keterjangkauan alat komunikasi bagi semua kalangan, tetapi penyiapan mental pengguna media internet belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Pada konteks inilah pendidikan harus hadir untuk membekali masyarakat, terutama generasi mudanya sebagai penikmat dari kemajuan teknologi tersebut agar terarah ke hal-hal yang produktif.
Pengajaran tentang media literasi seharusnya bisa menjadi mata pelajaran yang harus diajarkan kepada para siswa SMA. Karena para siswa yang telah menjadi netizen di media sosial mengharuskan mereka untuk berpikir kritis dalam penggunaan media serta bagaimana dampak buruk dari penggunaan media itu sendiri. Pengajaran media literasi juga berguna untuk menghindari budaya instan dalam mengakses informasi melalui media internet. Budaya inilah yang menyebabkan para netizen kurang peka dalam merespon setiap informasi dan acapkali latah untuk menyebarluaskan informasi yang belum valid kepada netizen lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H