Lihat ke Halaman Asli

Naufal Tri Hutama

Student in the History of Islamic Civilization program

Kaum Santri dalam Pandangan Clifford Geertz

Diperbarui: 29 Juli 2024   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterpandai.com

Berdasarkan penelitian Clifford Geertz "Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa," Dalam kebudayaan Jawa, masyarakat terbagi menjadi tiga varian utama: Abangan, Santri, dan Priyayi. Masing-masing varian ini memiliki karakteristik yang unik dalam struktur sosial dan budaya Jawa.

Penelitian Geertz di Mojokuto ini memberikan gambaran bagaimana Islam diterima dan diintegrasikan ke dalam kehidupan masyarakat Jawa. Islam pertama kali masuk ke Jawa melalui pedagang dari Arab dan India pada abad ke-13.

Seiring waktu, Islam berkembang melalui pengaruh kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak dan Mataram. Varian Santri muncul sebagai kelompok yang sangat taat dalam menjalankan ajaran Islam, berbeda dengan kaum Abangan yang lebih syncretic dan Priyayi yang cenderung aristokratik.

Menurut Geertz, Santri adalah kelompok yang paling taat dalam menjalankan ajaran Islam. Mereka seringkali berperan sebagai pemimpin agama di komunitas mereka dan sangat terlibat dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian, shalat berjamaah, dan dakwah. Kehidupan sehari-hari mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam, dan mereka sering menjadi panutan dalam hal moral dan etika.

Santri versus Abangan

Terdapat perbedaan utama antara Santri dan Abangan adalah dalam cara mereka mempraktikkan agama. Santri lebih mementingkan pelaksanaan syariat Islam secara ketat, sementara Abangan lebih cenderung menggabungkan unsur-unsur kepercayaan tradisional Jawa dengan Islam.

Geertz menjelaskan bahwa bagi Santri, mengikuti ajaran Islam secara ketat adalah bagian penting dari identitas mereka. Mereka cenderung menghindari praktik-praktik yang dianggap bid'ah atau tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.

Konflik antara Santri dan Abangan sering kali muncul karena perbedaan pandangan ini. Namun, disisi lain, perbedaan ini juga menciptakan dinamika yang menarik dalam kehidupan sosial dan budaya Jawa. Santri sering kali dianggap sebagai pembawa pembaharuan dan modernisasi dalam masyarakat, sementara Abangan dianggap lebih konservatif dan tradisional.

Pada dasarnya, konflik antara santri dan abangan berakar dari perbedaan ideologis yang mendalam. Kaum santri dikenal sebagai kelompok yang sangat religius dan berpegang teguh pada ajaran Islam. Mereka cenderung mempraktikkan agama secara ketat dan teratur, serta seringkali menganggap diri mereka lebih suci dibandingkan dengan kelompok lain.

Di sisi lain, kaum abangan adalah kelompok yang lebih longgar dalam praktik beragama. Mereka cenderung menggabungkan ajaran Islam dengan praktik-praktik lokal dan kepercayaan tradisional seperti animisme dan Hinduisme.

Kaum abangan memiliki pandangan negatif terhadap kaum santri. Mereka menganggap kaum santri sebagai kelompok yang "sok suci" dan munafik. Dalam kehidupan sehari-hari, meskipun kaum santri menunjukkan simbol-simbol ketaatan beragama seperti mengenakan kerudung, kaum abangan merasa bahwa tindakan kaum santri tidak selalu sesuai dengan penampilan religius mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline