Ketika kita berbicara tentang politik, terutama di Indonesia, salah satu topik yang sering muncul adalah mengenai ideologi partai politik. Ideologi ini merupakan landasan dari semua kebijakan dan program yang dijalankan oleh partai. Namun, apa yang terjadi jika ideologi tersebut mulai kabur dan tidak jelas? Inilah yang ingin dibahas dalam artikel ini, di mana kita akan mengeksplorasi mengapa perbedaan ideologi dalam partai politik sangat penting.
Sejak era reformasi, Indonesia telah melihat munculnya puluhan partai politik baru yang memenuhi syarat electoral threshold. Ini sebenarnya adalah tanda positif bahwa masyarakat semakin tertarik dan berpartisipasi dalam proses politik. Namun, di balik semangat ini, ada beberapa masalah yang mulai muncul. Salah satunya adalah semakin kaburnya batas ideologi antar partai.
Di masa lalu, partai-partai politik di Indonesia memiliki ideologi yang jelas dan berbeda. Partai kiri lebih condong pada sosialisme, sementara partai kanan lebih dekat dengan konservatisme berbasis agama. Di tengah-tengah, ada partai-partai nasionalis yang mencoba menyeimbangkan kedua kutub ini dengan pendekatan liberal-kapitalis.
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak partai politik mulai bergeser ke tengah, menciptakan apa yang disebut sebagai "ideologi monokrom."
Saat ini, banyak partai politik tidak lagi menjadikan ideologi dan platform mereka sebagai alat utama untuk menarik massa. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada pencitraan dan popularitas calon yang diusung.
Menurut sosiolog Jean Baudrillard, pencitraan ini sering kali bersifat semu dan tidak nyata. Ini berarti, apa yang kita lihat dalam kampanye politik hanyalah simulasi yang memanipulasi simbol-simbol untuk menggiring rakyat masuk ke dalam dunia yang hiperrealita. Partai politik menjadi seperti kapal tanpa tujuan yang jelas, hanya mengarungi samudera tanpa tahu akan berlabuh di mana.
Ideologi partai politik di berbagai negara berbeda-beda. Misalnya, di Kanada, partai kiri biasanya adalah partai komunis, sedangkan partai kanan adalah partai konservatif. Di Indonesia, partai kiri biasanya berideologi sosialisme, sedangkan partai kanan berideologi konservatisme berbasis agama. Namun, dalam praktiknya, ideologi kiri dan kanan di Indonesia sering kali mengalami kekalahan.
Partai kiri yang membawa paham sosialisme dan partai kanan yang menawarkan solusi berbasis agama sering kali kesulitan menarik dukungan luas. Hal ini disebabkan oleh trauma masa lalu rakyat Indonesia terhadap ideologi-ideologi ekstrem ini.
Contohnya adalah pengalaman pahit dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang membuat rakyat enggan mendukung partai berideologi kiri. Di sisi lain, partai berideologi kanan juga mengalami penurunan popularitas karena dianggap tidak mampu memberikan solusi yang realistis dan aplikatif.
Realita politik Indonesia saat ini menunjukkan bahwa partai-partai yang mengusung ideologi tengah-baru, atau neo-nasionalisme, lebih diterima oleh rakyat. Ideologi ini mencoba mengakomodasi gagasan-gagasan sosialisme dan liberalisme sekaligus. Dalam konteks ini, ideologi tengah-baru lebih pragmatis dan adaptif terhadap perubahan zaman.