Lihat ke Halaman Asli

Mengapa TikTok Shop Berbeda dengan E-commerce Lainnya?

Diperbarui: 25 Oktober 2023   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini ramai TikTok Shop menjadi perbincangan hangat oleh khalayak ramai di Indonesia. Mengapa demikian? Karena belum lama ini juga menjadi viral lantaran para pedagang di Tanah Abang Jakarta Pusat mengeluh, lantaran penjualannya kini sepi pembeli imbas gencarnya jual-beli online atau e--commerce yang kian digandrungi oleh masyarakat Indonesia, mereka menuntut agar pemerintah yang berwenang menutup operasional TikTop Shop dengan harapan para pembeli yang tadinya senang berbelanja online kini dapat beralih kembali membeli dagangan mereka seperti sedia kala.  Pengaruh jual-beli online di Indonesia mulai kian tumbuh pesat. Menurut data yang didapatkan dari sumber Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce di Indonesia diperoleh data sebanyak,

Tahun 2018 Rp105,6 T (150,24%)

Tahun 2019 Rp94,6 T (94,6%)

Tahun 2020 Rp266,3 T (29,59%)

Tahun 2021 Rp401 T (50,58%)

Tahun 2022 Rp489 T (21,95%)*

Tahun 2023 Rp572 T (16,97%)*

Tahun 2024 Rp689 T (20,45%)*

*Proyeksi

Dari data yang disajikan di atas tentunya kita dapat menganalisis bahwa angka transaksi e-commerce di Indonesia ini tentunya akan terus bertumbuh setiap tahunnya, mengingat perkembangan teknologi yang kian semakin canggih dan modern.

Lalu bagaimana dengan nilai transaksi TikTok Shop itu sendiri? Menurut data yang didapatkan dari Data Boks Katadata. Nilai transaksi TikTok Shop di Asia Tenggara Pada 2021, berdasarkan data Momentum Works, Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang menjadi pasar TikTok Shop, dengan nilai GMV mencapai US$600 juta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline