Lihat ke Halaman Asli

Naufal Rafi

Pelajar/Mahasiswa

Pengaruh Physical Distancing terhadap Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 16 Desember 2021   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Berita Covid-19 saat ini menjadi topik hangat di berbagai media, virus yang berasal dari China ini ditemukan pada bulan Desember 2019. Berawal dari segelintir orang yang terpapar virus hingga menjadi pandemi bagi dunia ini.

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini Indonesia tengah dihadapkan oleh kenyataan pandemi virus Covid-19 yang sangat berbahaya bagi kesehatan yang kemudian penularannya berjalan dengan sangat cepat. Pada saat pengumuman masuknya Covid-19 ke Indonesia, masyarakat menganggap "remeh" dan mengatakan bahwa Covid-19 tidak akan berlangsung lama. Ternyata dugaan itu salah dan sampai saat ini  Indonesia telah mencatat 4 juta kasus terkonfirmasi positif Covid-19, tentunya kondisi ini bukan kondisi yang wajar bagi sebuah negara. 

Berbagai macam kebijakan untuk mencegah penularan Covid-19 telah disosialisasikan oleh pemerintah. Salah satu contohnya adalah adaptasi kebiasaan baru. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini membebaskan kita untuk melakukan aktivitas normal dengan syarat harus memenuhi standar protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan selalu memakai masker. 

Sayangnya hal ini belum bisa menurunkan angka kasus Covid-19 karena masyarakat masih meremehkan adanya virus ini. Padahal kebijakan pemerintah juga mementingkan kesehatan seluruh masyarakatnya, terutama para tenaga kesehatan sebagai ujung tombak perjuangan Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. 

Menurut WHO, virus Covid-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui droplet yaitu percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Oleh karena itu, tindakan pencegahan Covid-19 seperti menjaga jarak adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Walaupun saat ini Indonesia sudah bisa melaksanakan vaksinasi, tindakan pencegahan terhadap Covid-19 harus tetap dilaksanakan untuk mengurangi kemungkinan adanya mutasi virus Covid-19. Salah satu tindakan yang mudah dilakukan adalah physical distancing, hanya dengan berdiam diri kita bisa menyelamatkan sedikitnya dua orang dari terinfeksi virus covid ini.

Jika dilihat dari laju penyebaran infeksi tanpa physical distancing, di hari pertama mungkin ada satu orang yang terinfeksi. Lalu, lima hari ke depan bisa bertambah menjadi 2,5 orang yang terkena infeksi. Kemudian sampai pada hari ke-30 jika tidak ada batasan fisik, jumlah yang terinfeksi bisa meningkat sampai 406 orang. 

Perbedaan signifikan bisa dilihat jika orang-orang melakukan physical distancing dengan catatan 50% pengurangan kontak sosial. Mungkin hari pertama hanya satu orang saja yang terinfeksi, hari ke lima hanya 1,25 orang yang terinfeksi, dan pada hari ke-30 hanya 15 orang yang terinfeksi. 

Lain halnya jika diberlakukannya 75% pengurangan kontak sosial. Ini artinya physical distancing yang diterapkan sudah cukup ketat. Lalu hasilnya adalah jika hari pertama ada satu yang terinfeksi, hari kelima hanya ada 0,6 orang dan di hari ke-30 hanya ada 2,5 orang saja yang terinfeksi. Perhitungan ini berdasarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Robert Signer.

     

    Oleh karena itu, physical distancing merupakan tindakan yang tepat dalam mencegah adanya mutasi Covid-19. Pemerintah selalu mengingatkan untuk mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker. Jika sudah demikian Indonesia dapat melewati masa pandemi ini dan menjadi bangsa pemenang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline