Lihat ke Halaman Asli

Catatan Debat I: Prabowo, Materialisme dan Komunisme

Diperbarui: 24 Januari 2019   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto teepublic.com

Ditulis oleh:

Naufal Pambudi

Koordinator Ikatan Masyarakat Muda Madani (IMAM)

Ternyata dah sebulanan gak nulis di Kompasiana. Maklum sambil nguli, biar dapur tetap ngebul. Sampai kelewatan bahas debat perdana Capres-Cawapres. Tapi moga aja belum telat bahas even maha penting itu. Sebenarnya sangat banyak poin bisa dibahas, tapi aku akan bahas satu aja, yaitu tentang komunisme. Memang isu komunisme tak ada sama sekali di debat perdana, tapi sebenarnya ada yang nyangkut.

Bagi mereka yang cuma ikut-ikutan teriak PKI, mungkin gak paham bahwa komunisme itu ideologi politik yang sangat dipengaruhi pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engel. Semasa hidupnya, Engel pernah nyusun pemikiran para filsuf jadi dua kelompok, yaitu materialisme dan idealisme. Dalam perkembangannya, filsafat materialisme inilah yang jadi salah satu pilar ideologi komunis.

Inti filsafat materialisme menyebut bahwa semua gagasan, pemikiran, pandangan dipengaruhi oleh materi di sekitar. Pandangan dokter berbeda dengan advokat, karena mereka dikelilingi materi yang berbeda. Pikiran orang kaya beda dengan orang miskin, karena dipengaruhi materi yang berbeda. Karena itu, penganut materialisme menilai perubahan pemikiran, pandangan hingga perilaku, hanya akan berhasil jika terlebih dulu merubah materi dan lingkungannya.

Pandangan itu bertolak belakang dengan filsafat idealisme, yang menilai bahwa pandangan, pikiran, gagasan orang lah yang menentukan materi dan lingkungan. Aliran ini menyebut bahwa orang bisa saja miskin harta, tapi jiwanya bisa sangat kaya. Sebaliknya, tak sedikit orang yang kaya materi tapi selalu merasa kekurangan dan hidupnya tak pernah bahagia. Untuk melakukan perubahan, penganut filsafat idealis menilai harus dimulai dari perubahan pola pikir. Itulah perbedaan antara filsafat materialisme dan idealisme.

Apa hubungannya dengan debat Pilpres? Kalau kita cermati, hampir semua pandangan dan solusi Prabowo berakar pada filsafat materialisme. Saat membahas hukum, Prabowo menilai penegakan hukum akan lebih adil jika para aparat digaji lebih tinggi. Untuk memberantas korupsi, solusi Prabowo juga menaikkan gaji pegawai. Bahkan untuk memerangi terorisme, menurut Prabowo solusinya juga uang, menyejahteran rakyat agat tidak jadi teroris.

Jelas terlihat bahwa Prabowo adalah penganut materialisme tulen, yang secara filosofis juga menjadi akar ideologi komunisme. Maka sangat paradoks ketika gerombolan Prabowo kerap teriak anti komunisme, tapi Prabowo sendiri menganut filosofi yang sama dengan faham komunis, yaitu filsafat materialisme. Tampaknya, Prabowo diam-diam ingin menyeret kita menjadi bangsa materialistik. Sangat masuk akal, mengingat Prabowo sendiri diasuh oleh tradisi dan didikan barat yang dicekokkan Sumitro sedari kecil.

Padahal, sejarah mencatat negeri kita sebagai bangsa dengan spiritualitas tinggi. Para nenek moyang mewariskan peninggalan-peninggalan besar yang tak selalu bisa dinilai dengan uang. Ajaran-ajaran adiluhung, etika, estetika dan benda-benda bersejarah yang tak ternilai harganya. Sejarah republik juga mencatat para pejuang dan founding father menyabung nyawa demi merebut kemerdekaan. Mereka mempertaruhkan hidup dan kenyamanan bukan untuk gaji lebih tinggi, tapi demi cita-cita kemerdekaan, kecintaan terhadap bangsa dan tanah air.

Dari debat perdana itu, kita bisa menakar kadar kebangsaan Prabowo. Dia hanyalah seorang penganut materialisme vulgar, yang menilai segala sesuatu bisa diselesaikan dengan uang. Bukankah itu sama saja menghalalkan segala cara? Karena semua persoalan bisa diselesaikan dengan uang. Lalu, sebenarnya siapa yang mau menghidupkan komunisme gaya baru?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline