Lihat ke Halaman Asli

Terpimpin dengan Pemimpin (ter)Edukasi

Diperbarui: 15 Februari 2017   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut KBBI, pemimpin adalah orang yg memimpin. Sedangkan kepemimpinan yaitu perihal pemimpin; cara memimpin.

Aceh, tanah legenda pencetak generasi emas pemimpin dari masa perjuangan dulu hingga kini. Tak akan habis tertoreh nama para pemimpin pejuang aceh sama seperti lamanya sejarah Aceh itu sendiri. Aceh terus bergerak maju, semakin tua semakin panjang sejarahnya. Tak usah ditanya sudah berapa kali Aceh mengalami restorasi dan transformasi sampai saat ini, dan tentu saja, Aceh akan terus bergerak tak akan terhenti di kaki sejarah sepanjang generasi Aceh sendiri tak lupa akan fitrah dna warisannya.

Kali ini Aceh bersiap menghadapi musim pilkada, musim-musiman 5 tahun sekali. Musim pemilihan nakhoda pengambil kebijakan pembangunan untuk bahtera Aceh 5 tahun kedepan nantinya. Musim yang pastinya akan sering mementaskan para calon pemimpin yang ber-hegemoni mencari simpatik rakyatnya demi menanggung amanah perjuangan Aceh itu sendiri (semestinya). Demam musim pilkada kali inilah yang menggelitik saya untuk menulis sedikit mengenai pengamatan dan analisa sempit saya sebagai salah satu rakyat muda di tanah juang ini. Mungkin dalam konteks tulisan ini saya sedikit mengemukakan apa sih yang diidamkan/sudut pandang saya (atau kalau boleh ‘kami’) sebagai kaum muda untuk gambaran pemimpin yang layak bagi saya dan Aceh kedepannya.

Saya sebagai kaum muda cukup simple (dan mungkin dangkal) dalam melihat problema dari tanah juang tersayang ini, cuma dan cukup 2 hal mendasar yaitu pendidikan yang maju dan lapangan pekerjaan yang luas yang seharusnya bisa di provide oleh wakil rakyat. 2 hal ini bagi saya dan mungkin kaum muda Aceh lainnya sangat fundamental, juga menjawab berbagai problema kebutuhan rakyat Aceh saat ini. Sisi ini yang seharusnya di eksplor dan menjadi sandaran bagi jualan para calon dalam membujuk kami rakyat (setidaknya). 

Namun, boleh coba dilihat hari ini atmosfir musim perjuangan kita kok seperti ini? Kok saya sebagai rakyat merasa terancam/terintimidasi, kok bukannya menjual keunggulan (visi) namun malah pamer arogansi saja, kok bukannya menunjukkan persatuan (demi kemajuan aceh) malahan saling memojokkan, kok malah jadi ajang tebar pesona kekuatan premanisme yang berkedok militansi (sampai ada bawa bawa otot dan parang), yah semakin banyak dilihat semakin bertambah yang mau disesalkan. Pemimpin seharusnya terdukasi dan mampu mengedukasi, cerdaskan saya dan kami semua. Jangan sampai kita akhirnya memviralkan kembali (karena kecewa) ungkapan Acehku sayang, Acehku malang. Jangan sampai., ingat kita ini bersaudara, kita ini satu darah, satu Aceh! 

Balik lagi ke inti penulisan artikel ini, saya sebagai kaum muda rindu dan berharap pemimpin yang setidaknya datang menjual solusi untuk 2 hal diatas. Pemimpin yang bercerita visi ideal untuk aceh, bukan yang hanya cuma mencoba menidurkan rakyat Aceh ini dengan berfikir realitis sederhana saja, bukannya menjadi pemimpin harusnya membawa mimpi atas apa yang diperjuangkannya? Sepakat kan?

Saya sangat berharap siapa saja pemimpin yang terpilih kali ini nantinya sanggup mengangkat kembali ruh generasi emas Aceh, mengembalikan harkat dan khitoh sejatinya Aceh, meng-escalate pembangunan Aceh. Sudah saatnya ajang Pilkada ini menjadi musim menguji keunggulan, musim berbagi visi bagi Aceh, musim me-simpulkan kembali persatuan (yang mungkin selama ini berjarak) hanya demi dan untuk kebangkitan Aceh. Diujung tulisan ini, saya sebagai kaum muda menanti contoh generasi saat ini memimpin dan membawa Aceh 5 tahun kedepan. Apakah dapat dijadikan bahan edukasi dan panutan dengan kebersahajaan nilai nilai kepemimpinannya atau malahan dijadikan perbandingan baik-buruk bagi kami (generasi muda) ketika nantinya berada di posisi yang sama, bagaimana Aceh hari ini akan terekam menjadi salah satu batu dari dinding sejarah bahtera Aceh seterusnya, saya dan kita semua harus siap mengawal dan menompangnya. Saya dan kaum muda lainnya juga akan bersiap untuk teredukasi oleh pemimpin yang kami harap (juga) teredukasi dalam memimpin. 

Jangan jadikan musim ini cuma musim keren kerenan saja, jangan sampai rakyat ter-framing sinis bahwa tampuk kepemimpinan Aceh saat ini adalah generasi yang tidak teredukasi dan tidak sanggup mengedukasi, hanya dianggap cuma punya gaya permainan politik arogansi saja bukan politik visi. Jadikan kami (rakyat Aceh) bertanya kenapa kami tidak harus tidak memilih anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline