Lihat ke Halaman Asli

Dikotomi Kendali: Sebuah Prinsip dari Filosofi Stoisisme

Diperbarui: 6 Juli 2021   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernah gak sih lo merasa kecewa dengan hasil yang lo dapatkan, padahal lo udh berusaha sebaik mungkin. Rasanya dunia tuh gak adil gitu. Kalau lu pernah atau sedang berada di fase ini, gue akan sedikit sharing sedikit tentang dikotomi kendali yang beberapa tahun belakangan ini gua terapkan di kehidupan gue dan berhasil membuat gue sedikit lebih "sehat"

Simpelnya dikotomi kendali ini adalah pemahaman soal bagaimana kita dalam kehidupan ini harus bisa membedakan antara mana hal yang bisa kita kendalikan dan mana hal yang tidak bisa kita kendalikan.

Dan terkadang rasa kecewa atau marah itu timbul ketika kita mengkhawatirkan tentang hal yang gak bisa kita kendalikan. Misalnya ketika gue ikut lomba, hal yang bisa gue kendalikan adalah mempersiapkan yang terbaik supaya bisa menang, tapi prihal gue menang atau kalah itu bukan lagi ada di dalam kendali gue. Jadi seharusnya gue gak perlu memikirkan hal yang gak ada dalam kendali gue, karena itu tindakan yang gak masuk akal.

Contoh lainnya misalkan pandemi covid-19. Lo udah buat plan tentang ini-itu, liburan kesana-kemari di tahun 2020 kemarin, eh tau nya ada covid. Kalo dipikir-pikir kita gak bisa kontrol kapan pandemi nya berakhir, mau lo ada plan penting kek di tahun itu, tetep aja gak bisa lo kontrol. Jadi seharusnya kita nanya ke diri sendiri "oke pandemi gak bisa gue kontrol, sekarang apa yang bisa gue kontrol? plan mana yang seharusnya gue batalkan atau tunda?"

Prinsip dikotomi kendali ini bisa diterapkan di segala aspek kehidupan. Dalam kehidupan akademik misalnya, daripada meresahkan  bisa diterima di PTN atau enggak, lebih baik  belajar sungguh-sungguh dan berdoa. Dan kita seharusnya gak perlu terlalu khawatir dengan hasil. Karena, hasil adalah sesuatu di luar kendali kita. Jadi kita fokus sama hal yang bisa kita kontrol

Stoisisme bilang kalau kita terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang gak bisa kita kontrol itu adalah tindakan yang gak rasional dan melawan hukum alam. Jadi seharusnya kita cukup berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang bisa kita kontrol. Bukan berarti pasrah ya, tapi memaksimalkan semua hal yang bisa kita kendalikan, dan berusaha santai (tidak memikirkan hal yang diluar kendali).

Prinsip nya sederhana sih, tapi pada praktiknya gak sesederhana itu. Lo mesti melatih diri lu untuk bisa menerima apa yang udah ditakdirkan buat lo. Mulai sekarang coba lo bedakan apa aja yang termasuk dalam kendali dan gak dalam kendali lo.

Some things are within out power, while others are not. Within our power are opinion, motivation, desire, aversion, and, in a word, whatever is of our own doing; not within our power are our body, our property, reputation, office, and, in a word, whatever is not of our own doing. -Epictetus

Tambahan

Stoisisme mengajarkan juga bahwa
kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari sesuatu yang bisa kita kontrol dan kita gak bisa menggantungkan kebahagiaan sejati sama hal-hal yang gak bisa kita kontrol. Sebenernya kita bisa kok mengendalikan kebahagiaan, cuma terkadang kita menggantungkan kebahagiaan ke orang lain atau ke hal lain yang gak bisa kita kontrol, dan pada akhirnya kita dikecewakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline