NAMA: SINTYA IKA YUNITA
NIM: 2211020067
KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
Pengertian
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.
Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter, Demam tifoid termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang berakibat fatal.
Gejala
Begitu Anda terinfeksi, tubuh biasanya akan mengalami berbagai tanda dan gejala awal seperti:
1. Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 39o -- 40o celcius
2. Sakit kepala
3. Lemah dan lelah
4. Nyeri otot
5. Berkeringat
6. Batuk kering
7. Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan
8. Sakit perut
9. Diare atau sembelit
10. Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
11. Perut yang membengkak
12. Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, Anda akan mengalami kondisi seperti:
13. Mengigau
14. Berbaring lemah dengan mata setengah tertutup
15. Selain itu, komplikasi yang bisa di timbulkan seperti perdarahan pada usus dan pecahnya usus.
Penyebab
Penyebab dari penyakit tipes atau demam tifoid ini adalah bakteri Salmonella typhi. Biasanya bakteri ini disebarkan melalui:
1. Feses dan urine penderita yang mengkontaminasi air atau makanan
2. Bakteri Salmonella typhi juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang telah terinfeksi (penyajian makanan oleh orang yang sedang mengalami demam tifoid).
Pengobatan
Antibiotik menjadi satu-satunya pengobatan paling efektif untuk demam tifoid. Biasanya dokter akan meresepkan berbagai antibiotik. dan ada beberapa penangaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Minum banyak air
Minum air saat sakit tipes membantu mencegah dehidrasi yang diakibatkan oleh demam dan diare yang berkepanjangan. Jika mengalami dehidrasi parah, doker akan memberikan cairan melalui pembuluh vena (infus).
2. Bed rest
Supaya lekas sembuh istirahat merupakan hal yang membantu proses pemulihan penyakit ini. Usahakan untuk tidak melakukan berbagai kegiatan berat yang menguras tenaga agar kondisi tubuh bisa segera fit dan terhindar dari komplikasi tipes.
3. Makan makanan yang mudah dicerna
Tipes merupakan salah satu penyakit gangguan pada usus, maka untuk itu dianjurkan makan makanan yang mudah dicerna, seperti bubur dan makanan lunak lain. Dengan begitu, kerja usus menjadi lebih ringan. Makan makanan yang mudah dicerna juga membuat nutrisi di dalam makanan lebih cepat diserap oleh tubuh.
Pencegahan
1. Menjaga kebersihan
Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah mencuci tangan dengan rutin sebelum dan sesudah makan, setelah melakukan kegiatan dan saat melakukan penyajian makanan/memasak. Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir. Dalam keadaan darurat, tangan dapat dibersihkan dengan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 70% alkohol.
Selain itu, menjaga kebersihan diri terutama setelah bepergian ke luar rumah apalagi pasar. Usahakan untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang kotor. Pastikan juga untuk mencuci kaki setiap habis keluar rumah.
2. Hindari kontak dengan orang sakit
Bakteri sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Untuk itu, hindari kontak terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit. Berciuman dan menggunakan peralatan makan atau mandi yang sama dengan orang sakit dapat meningkatkan risiko penularan penyakit.
3. Vaksin tifoid
Salah satu cara untuk mencegah penyakit tipes adalah dengan vaksin tifoid. Vaksin ini dapat dilakukan jika memang diperlukan jika rentan atau berisiko tinggi tertular penyakit ini dengan terlebih dahulu mengkonsultasikan dengan dokter .
4. Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin kebersihannya
Makanan dan minuman menjadi salah satu media penularan yang paling sering untuk tipes. Maka dari itu, usahakan untuk selalu makan dan minum yang telah terjaga kebersihannya. Makan makanan yang dimasak dan disajikan panas jauh lebih baik dibandingkan dengan makanan mentah atau setengah matang.
5. Tidak menyiapkan/menyajikan makanan ketika masih sakit
Usahakan untuk tidak memasak atau menyiapkan makanan sampai dokter menyatakan bahwa bakterinya tak akan lagi menular. Agar tidak menularkan / menginfeksi penyakit tipes kepada orang lain.
Komplikasi
Dalam beberapa kasus, demam tifoid bisa menyebabkan komplikasi serius, antara lain:
1. Perdarahan usus yang bisa merusak dinding usus
2. Perforasi atau lubang pada usus
3. Radang pada jantung atau miokarditis
4. Infeksi dan peradangan pada berbagai organ tubuh, termasuk hepatitis, gangguan ginjal, dan
5. infeksi kelenjar getah bening
Faktor risiko demam typhoid
Meski demam tifoid lebih sering menyerang anak-anak, ada sejumlah faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang demam typhoid, yaitu:
1. Mengunjungi atau bekerja di daerah yang tinggi kasus demam tifoid
2. Melakukan kontak langsung dengan penderita demam tifoid
3. Tinggal di lingkungan yang kotor dan bersanitasi buruk
4. Bekerja sebagai tenaga kesehatan yang menangani penderita demam tifoid
5. Mengonsumsi sayur-sayuran atau buah-buahan yang tidak dicuci bersih
6. Menggunakan toilet yang sama dengan penderita dan tidak mencuci tangan setelahnya
7. Mengonsumsi makanan laut dari air yang terkontaminasi bakteri
8. Melakukan seks melalui mulut (oral sex) dengan penderita demam tifoid
Diagnosis Demam Typhoid
Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala, serta riwayat kesehatan dan perjalanan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur suhu tubuh, melihat ruam kemerahan di kulit, serta menekan perut untuk memeriksa pembengkakan di hati atau limpa.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan lanjutan, yaitu:
1. Tes darah, urin, dan tinja, untuk mendeteksi keberadaan bakteri Salmonella typhi
2. Aspirasi sumsum tulang, untuk lebih memastikan keberadaan bakteri Salmonella typhi dari hasil tes darah, urin, dan tinja, tetapi tes ini jarang dilakukan
3. Tes Widal, untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi
4. Tes TUBEX TF, untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi dengan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan tes Widal
Mengingat tes Widal bekerja dengan mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi, tes ini dapat memberikan hasil positif meskipun pasien tidak menderita demam tifoid. Oleh karena itu, dalam menentukan hasil tes, dokter akan lebih berhati-hati agar mendapatkan diagnosis yang akurat.
Kapan Harus Ke Dokter?
Demam tifoid memerlukan perawatan medis untuk lebih memastikan pengobatan yang tepat dan mempercepat pemulihan. Bila merasa ada gejala tifus, langsung cari bantuan medis untuk mendapat diagnosis dan penanganan sesegera mungkin sebelum gejala memburuk dan terjadi komplikasi.
Daftar Pustaka
Rahmat, W., Akune, K., & Sabir, M. (2019). Demam Tifoid dengan Komplikasi Sepsis: Pengertian, Epidemiologi, Patogenesis, dan Sebuah Laporan Kasus. Jurnal Medical Profession, 3(3), 220--225.
Zein, U. (2012). Buku Saku Demam. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (Vol. 96). Medan: USU Press.
Azizah, F., Imam M, D., & Rahmad, V. (2014). Gambaran Sikap Pasien Typhoid Dalam Mengonsumsi Air Putih Sebagai Upaya Menurunkan Suhu Tubuh, 19, 28--33
Bhandari, J., Thada, P. K., & DeVos, E. (2020). Typhoid Fever. StatPearls. StatPearls Publishing. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32491445 Buckle, G. C., Walker, C. L. F., & Black, R. E. (2012). Typhoid fever and paratyphoid fever: Systematic review to estimate global morbidity and mortality for 2010. Journal of Global Health, 2(1), 1--9. https://doi.org/10.7189/jogh.02.010401
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H