Timnas Indonesia sudah dalam jangka waktu yang cukup lama tidak menunjukan taringnya baik dalam jangkauan asia Tenggara maupun benua asia. Banyak kompetisi yang dilakoni timnas Indonesia hanya menghasilkan kefrustasian untuk para pemain dan supporter. Kurangnya standart pembinaan untuk bibit-bibit lokal, membuat timnas Indonesia tertinggal jauh dari segi teknik, hal-hal dasar dan pastinya prestasi jika dibandingkan dengan timnas-timnas di asia lainnya. Seperti jepang, korea, iran, bahkan dalam cakupan asia Tenggara, timnas Indonesia masih memiliki kualitas yang cukup rendah jika dibandingkan dengan Thailand.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) juga sudah berupaya mencari cara bagaimana timnas Indonesia mendapatkan masa jaya lagi. Dengan menunjuk pelatih sepakbola asal Korea Selatan, Shin Tae-Yong yang melakoni karier kepelatihan di Indonesia sejak 1 Januari 2020. Langkah ini bisa dikatakan langkah yang tepat dilakukan oleh PSSI demi kemajuan Timnas Indonesia. Shin Tae-Yong membawa banyak perubahan kepada skuad Timnas Indonesia mulai dari segi kepelatihan fisik, Teknik dan psikologis yang menjadi 3 aspek penting untuk menunjang kemajuan Timnas Indonesia. Langkah selanjutnya yang ternyata menuai pro dan kontra yang dilakukan oleh PSSI di era kepalatihan Shin Tae-Yong adalah kebijakan naturalisasi. Naturalisasi timnas memiliki definisi sebagai sebuah kebijakan yang mengambil pemain sepakbola asing yang memiliki darah Indonesia atau memiliki hubungan keluarga untuk dijadikan warga negara Indonesia dan bermain untuk timnas Indonesia.
Langkah naturalisasi yang dilakukan oleh PSSI ini menuai pro dan kontra. Berdasarkan analisis yang dilihat dari media sosial, kubu kontra jika disimpulkan memiliki pendapat yang sama, yaitu naturalisasi bisa menghambat perkembangan bibit-bibit lokal. Mereka merasa bahwa pemain-pemain asing yang bermain untuk timnas Indonesia, tidak seharusnya sebanyak itu. Karena akan membuat pemain-pemain lokal tidak mendapat kesempatan menit bermain untuk Timnas Indonesia. Dari kubu pro, hampir semuanya memiliki pendapat yang sama, yaitu kebijakan naturalisasi bisa memotivasi pemain-pemain lokal untuk mengembangkan keahlian sepakbola mereka. Pemain-pemain asing seperti Martin Paes, Justin Hubner, Jay Idzes, Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, Calvin Verdonk dan masih banyak lagi bisa menularkan jam terbang mereka kepada pemain pemain lokal yang masih minim pengalaman internasional. Rata-rata dari pemain asing yang dinaturalisasi oleh PSSI, bermain di negara-negara eropa yang memiliki nama cukup besar dalam dunia sepakbola. Sebagai contoh Jay Idses yang bermain untuk Venezia pada liga utama Itali, yaitu Seri-A, Calvin Verdonk yang bermain untuk N.E.C Nijmegen pada liga utama Belanda, yaitu Eredivise. Jam terbang yang lumayan tinggi dari pemain-pemain asing bisa meningkatkan peluang Timnas Indonesia untuk mendapatkan trend positif di kancah asia maupun dunia.
Kebijakan naturalisasi ini juga menarik perhatian bagi warga lokal. Salah satunya warga yang Bernama Keysha Alya, memberikan tanggapannya soal bagaimana kebijakan PSSI melakukan proses naturalisasi pemain asing untuk timnas Indonesia. Dia mengatakan bahwa ini merupakan Langkah yang bagus untuk timnas Indonesia, walaupun tidak dipungkiri kita juga harus memperhatikan pemain-pemain lokal agar tidak tertinggal perkembangannya.
"menurut saya, soal naturalisasi, termasuk kebijakan yang bagus yaa. Karena pemain yang kita ambil dari naturalisasi memiliki pengalaman yang baguslah dari luar, otomatis lawannya juga bukan lawan yang main-main yaa, itu program yang bagus walaupun pemain lokal terkesan sedikit ada ketimpangan yaa dengan dikitnya jumlah pemain", ujar Keysha.
Dia juga menambahkan bahwa dia berharap dengan adanya program atau kebijakan naturalisasi tetap memperdulikan pemain-pemain lokal dan jangan sampai pemain-pemain lokal dikesampingkan.
"saya harap meskipun adanya program ini, tetap memedulikan pemain-pemain lokalnya. Bolehlah sekarang banyak pemain-pemain yang dinaturalisasikan, sangking banyaknya dikit sekali pemain lokal yang kita lihat saat bertanding dan kita sudah harus mulai menggerakan pemain pemain lokal dengan cara memberikan beasiswa ke sekolah sepakbola luar negeri", ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H