Perubahan Sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaanya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat, meski terus berubah (dalam Strasser dan Randall, 1981: 16).
Pandangan teori sistem dunia yang menganggap dunia sebagai sebuah kesatuan sistem ekonomi kapitalis mengharuskan negara pinggiran menjadi tergantung kepada negara pusat. Kenyataan yang terjadi dalam proses kapitalisme telah menimbulkan dampak berupa pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena arus pertukaran barang dan jasa, serta spesialisasi tenaga kerja. Kerangka pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja terwujud dalam bentuk peningkatan produktivitas yang lebih dikenal dengan konsep maksimal keuntungan dan kompetisi pasar.
Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negara-negara sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Salah satu negara sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kapitalis dunia contohnya adalah negara Cina, khususnya ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam Suwarsono dan So: 1991). Teori ini melakukan analisa dunia secara global dan memiliki keyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah merambah jauh menjadi dibolehkannya kepemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar individu. Sehingga, kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis saja, tetapi juga struktur masyarakat dan bentuk negaranya.
Teori sistem dunia kemudian muncul sebagai ajaran baru kelompok pemikir pembangunan yang dipelopori oleh Immanuel Wallerstein. Ia mempunyai pandangan baru dalam menganalisa keadaan negara-negara dunia ketiga. Sebuah pandangan untuk mencoba menengahi perdebatan panjang a-ntara kalangan modernis dan kalangan dependensia. Dalam bukunya, The Rise and Future Demise of The Capitalism System, ia memiliki argumen yang meyakinkan tentang posisi negara pinggiran bisa mengalami kenaikan kelas menjadi negara semi pinggiran bahkan menjadi negara pusat (center) yang masuk dalam teori sistem dunia.
Wallerstein menganggap negara pinggiran mempunyai peranan vital dalam ekonomi-dunia kapitalis (sistem dunia). Masyarakat pinggiran diorganisasikan oleh kaum kapitalis yang ada untuk dipusatkan sebagai penyedia unit-unit bahan mentah, yang produk-produknya kemudian diekspor ke masyarakat pusat dan diubah menjadi barang jadi. Wilayah yang dipilih untuk pengembangan pinggiran adalah wilayah yang paling cocok secara geografis untuk mengolah bahan-bahan mentah tertentu pada waktu yang tertentu juga. Wallerstein juga menganggap bahwa kapitalisme telah mengangkat sistem dunia dari kelahirannya atau dengan kata lain, kapitalisme berperan dalam kelahiran sistem dunia.
Salah satu fakta yang terjadi di negara Korea Selatan dan negara-negara Asia Timur merupakan contoh keberhasilan negara-negara tersebut mengalami "kenaikan kelas" karena melakukan perlawanan ekonomi terhadap negara pusat. Korea Selatan adalah salah satu contoh negara berkembang yang bisa mengalami "kenaikan kelas" seperti yang dimaksudkan Immanuel Wallerstein. Dahulu, negara Korea Selatan adalah negara yang sangat tergantung pada hutang. Tetapi sekarang, negara ini mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Korea Selatan juga telah mencapai rekor pertumbuhan ekonomi terbesar ke-12 di seluruh dunia. Setelah perang dunia II, PDB Korea Selatan sama dengan negara miskin lainnya seperti Afrika dan Asia. Tetapi sekarang, PDB negara Korea Selatan perkapitanya adalah 20 kali lipat dari negara Korea Utara. Pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi negara ini mencapai 5,8%, bidang industri dan konstruksi menjadi faktor utama keberhasilan negara Korea Selatan. Negara ini juga menduduki peringkat ke-12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran yang rendah, serta pendistribusian pendapatan yang relatif merata. Korea Selatan telah mampu melaksanakan "subtitusi impor" dalam bidang otomotif. Pada tahun 1967 didirikan perusahaan Hyundai sebagai perusahaan assembling. Kemudian melalui lisensi, perusahaan ini membuat mobil Ford Cortina, lalu bekerjasama dengan perusahaan di negara Italia untuk membuat desainnya dan bekerja sama dengan perusahaan Mitsubishi untuk membuat mesinnya, sehingga Hyundai mampu memproduksi mobilnya sendiri. Pasaran mobil tersebut sudah mampu bersaing dengan pasar Amerika, Eropa dan Jepang.
Keberhasilan yang dicapai oleh Korea Selatan merupakan hasil dari peran negara yang kuat dalam memanfaatkan hutang, sekaligus negara merupakan pelaku kegiatan pembangunan ekonomi, bukan hanya sebagai fasilitator. Selain itu ada kerja sama yang jelas antara negara dan pengusaha nasional. Negara tersebut juga mengeluarkan peraturan tegas dengan memaksakan penduduknya untuk memakai produk dalam negeri, serta mencegah masuknya kekuatan-kekuatan multinasional sehingga dapat menguatkan perekonomian dalam negeri. (*)
Referensi:
Budiman, Arif, 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Nilamsari, Wati, dan Murodi, 2007, Buku Ajar Sosiologi Pembangunan. Ciputat. Sztompka, Piotr, 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada.
Y.SO, Alvin dan Suwarsono, 2013, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: LP3ES.