Lihat ke Halaman Asli

Metode Penguburan dalam Kepercayaan Megalitik

Diperbarui: 13 November 2023   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh gambar tempayan kubur/dokpri

Dalam kehidupan bermasyarakat, saat ini kita menyadari tentang kehadirannya lapisan sosial. Berkumpulnya masyarakat dalam bentuk berkumpul tidak hanya terlihat dalam kehidupan sehari-hari namun juga dapat dilihat dalam kehidupan dulu yang dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan besar. Salah satunya kepercayaan megalitik pada zaman prasejarah yang ketat dengan adat penguburan. 

Upacara peringatan kematian adalah cara umum untuk mengubah orang yang meninggal dari dunia ini menuju keabadian. Salah satu metode yang digunakan dalam penguburan masa megalitik adalah tempayan. 

Sebagian dari tempayan tersebut masih berada pada tempatnya atau belum dipindahkan dari tempatnya. Maka beberapa dari masyarakat memberikan inisiatif untuk memindahkannya dan pemerintah juga tampaknya tidak keberatan sama sekali, apabila upaya pengamanan tidak segera dilakukan, maka dapat dipastikan dalam waktu 2 atau 3 tahun barang tersebut akan hilang dan musnah secara tiba-tiba 

Menyelidiki masyarakat masa lalu merupakan salah satu metode untuk mengetahui kemungkinan adanya antikarianisme di suatu tempat. Khususnya kebudayaan purbakala memberikan data bahwa keberadaan manusia yang mempunyai kebudayaan disekitarnya ada secara mandiri. Petunjuk adanya makam pada masa raksasa di wilayah tertentu memberikan warisan budaya yang dapat diverifikasi sehubungan dengan unsur budaya interniran di sekitar sini. Warisan ini secara positif mempunyai nilai dan arti penting kebudayaan yang sangat tinggi dalam dua bidang kemajuan ilmu pengetahuan dan sejarah inovasi. 

Pengambilan tema ini di dasari ingin mengetahui dan memperdalam informasi terkait kuburan tempayan yang telah ada di zaman prasejarah yang nantinya akan berguna untuk ilmu pengetahuan lanjutan tentang bagaimana nenek moyang terdahulu menggunakan tembayan untuk kuburan. Sehingga penulis merangkumkan pertanyaan dalam artikel ini yaitu: - Apakah definisi dari tempayan kubur? - Nilai-nilai sejarah apa yang terkandung? - Bagaimana fungsi komunikasi ritual/sosial/budayanya? - Apa relevansi budayanya? - Apa nilai komunikasi yang didapatkan sebagai pelajaran? Penulisan artikel ini untuk mampu menguraikan beberapa permasalahan dan tanda tanda yang terkait dengan tema yang telah ditentukan. Selanjutnya keuntungan untuk penulis sendiri adalah adanya wawasan tambahan, sedangkan untuk instansi akan menjadi literatur mengenai tema "Metode Penguburan Dalam Kepercayaan Megalitik" 

a. Definisi Tempayan Kubur Definisi tempayan kubur menurut hasil wawancara : "Tempayan merupakan salah satu metode penguburan yang ada di zaman prasejarah. Di mana tempayan kubur ini berbentuk wadah yang jasadnya atau tulang belulang manusia dimasukkan ke dalamnya dengan cara ditekukkan ataupun diringkukkan. 

Selain itu juga, adakala tempayan kubur dimasukkan bekal kubur yakni barang-barang atau alat-alat yang sering digunakan semasa hidup mereka. Seperti priuk, blincung, kerang, kalung-kalungan, hewan dan kertas sepatu. Alasan zaman prasejarah menggunakan tempayan sebagai kubur karena kebanyakan dulu masih menganut kebudayaan megalitik sehingga menggunakan yang serupa dengan batu. Di indonesia sendiri, pernah di temukan tempayan kubur daerah pantai Anyer, Serang Banten saat Banten masih masuk Provinsi Jawa Barat"

Sementara menurut pendapat Indriastuti (2019), bahwa definisi tempayan kubur merupakan sebidang tanah yang dimanfaatkan sebagai tempat interniran dan mempunyai sifat wadah yang digunakan sebagai tempat menaruh jenazah. Tempayan berbentuk wadah semacam ini mempunyai lubang dengan batas yang cukup besar untuk menyimpan makanan dan minuman. Bahkan di beberapa lokasi arkeologi mengunakan sebagai kuburan. Di mana nenek moyang terdahulu mempercayai kebudayaan megalitik yakni kebudayaan yang tersebar luas dan dikenal di seluruh dunia. Kebudayaan ini tercipta dari zaman dahulu hingga sekarang. Penyebaran budaya megalitik sebenarnya adalah perjalanan peradaban masyarakat umum. Makam dengan tempayan termasuk sebuah karya budaya megalitik yang dikenal dan diciptakan di Indonesia yang dipisahkan dari berbagai jenis makam. Penguburan dengan tempayan dilakukan dengan cara meletakkan jenazah dalam posisi bungkuk.

b. Nilai-Nilai Sejarah Tempayan Kubur Sejarah mempunyai prinsip-prinsip khusus yang menyoroti realitas yang benar dan realitas yang benar ini perlu dicatat sebagai salinan sejarah. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, telah ditemukan lokasi-lokasi yang memiliki kualitas yang baik dengan contoh kuburan baik di kepulauan maupun kawasan Asia tengah seperti di Jepang, Vietnam, Thailand, Filipina dan Indonesia. Tutupi wadah di bagian atas yang dibuat di wilayah Asia Tengah dan Asia Pulau pada periode Paleolitik akhir hingga jam kerajinan besi perunggu diproyeksikan. Praktik-praktik keras yang terjadi di Filipina dan Sarawak diperkirakan berasal dari sekitar tahun 1000 SM hingga tahap awal musik metal di bawah pengaruh Spanyol atau awal masehi. Sementara itu, kuburan tempayan di Thailand diperkirakan dimulai sejak awal masehi hingga masehi abad kesebelas dan diperkirakan kuburan guci di Indonesia bertahan dari masa Neolitik hingga awal masehi. Mayoritas lokasi kuburan tempayan di masing-masing lokasi memiliki ciri khasnya masing-masing secara eksplisit, baik dalam cara pemasangan wadah, bahan yang digunakan, bentuk dan desain, format dan pengangkutan di dalam satuan luas. Di lokasi tertentu kuburan tempayan ditemukan berdampingan dengan kuburan tanpa wadah, bahkan ada juga yang letaknya dekat dengan kuburan masa lalu. Menjadikan tempayan terbentuk dari ide-ide mendasar yang dianut oleh masyarakat saat yang bertumpu pada keyakinan tentang kekuatan luar biasa yang ada pada kekuatan yang ada di alam. Jiwa nenek pendahulu dan kekuatan jiwa mereka akan bersemayam dalam keadaan mereka saat ini tidak lama kemudian. Manusia akan mati dan jiwa yang meninggalkan tubuh akan terus berasosiasi dengan tempat tinggalnya. 

c. Fungsi Komunikasi Ritual/Sosial/Budaya Tempayan Kubur Di sisi komunikasi ritual, berdasarkan data arkeologi dapat diketahui bahwa digunakan ritual kenduri seko agar keturunannya kembali menjalin hubungan erat dengan para penambang dan pendahulunya. Hal ini menjadikan cermin keyakinan akan keberadaan alam kehidupan selanjutnya yang akan dihuni oleh orang yang telah meninggal. Kuburan tempayan tersebut dibuat sebagai sarana mengantarkan arwah seseorang ke alam berikutnya hingga mereka menggunakan mitologi kerinci yakni alam halus tempat tinggal para mambang sebagai penghuni pertama alam kerinci dan nenek moyang pertama yang menikah dengan putri mambang dan para arwah keturunannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline