Lihat ke Halaman Asli

Naufal Daffa

Mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Jakarta

Stoikisme dalam Keluarga: Seni Menjalani Hubungan Tanpa Ekspektasi Berlebihan

Diperbarui: 30 Januari 2025   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ayah sedang menggendong anaknya (Sumber: unsplash.com)

Sering kali, konflik dalam keluarga muncul karena ekspektasi yang tidak terpenuhi. Orang tua mengharapkan anak-anaknya selalu patuh dan berprestasi. Anak-anak berharap orang tua memahami semua keinginan mereka. Suami dan istri mengharapkan satu sama lain untuk selalu memenuhi kebutuhan emosional dan fisik mereka. Ketika harapan ini tidak terwujud, kekecewaan pun muncul.

Namun, apakah mungkin menjalani hubungan keluarga tanpa ekspektasi berlebihan? Dalam filsafat Stoikisme, kita diajarkan untuk menerima kenyataan dengan lebih bijak dan mengendalikan hal-hal yang memang ada dalam kuasa kita. Pendekatan ini dapat membantu kita menciptakan hubungan keluarga yang lebih harmonis dan bebas dari beban emosional yang tidak perlu.

Memahami Stoikisme dalam Konteks Keluarga

Stoikisme adalah filsafat yang berakar dari Yunani Kuno dan menekankan pada kendali diri, ketenangan batin, serta penerimaan terhadap realitas. Salah satu prinsip utamanya adalah dikotomi kendali, yaitu membedakan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan dan yang tidak.

Dalam keluarga, kita sering berusaha mengendalikan perilaku atau perasaan orang lain. Misalnya, kita ingin anak-anak kita selalu sukses atau pasangan kita selalu memahami keinginan kita tanpa harus diucapkan. Padahal, yang bisa kita kendalikan hanyalah cara kita bereaksi terhadap situasi tersebut.

Ekspektasi sebagai Sumber Kekecewaan dalam Keluarga

Ketika kita menggantungkan kebahagiaan pada tindakan orang lain, kita membuka diri terhadap rasa kecewa. Beberapa contoh ekspektasi yang sering menyebabkan konflik dalam keluarga antara lain:

  • Orang tua mengharapkan anaknya selalu berprestasi di sekolah.

  • Anak menginginkan orang tua untuk selalu memahami keinginannya tanpa perlu dijelaskan.

  • Pasangan menginginkan perhatian yang konstan tanpa mempertimbangkan beban emosional satu sama lain.

Ekspektasi seperti ini menciptakan tekanan yang tidak perlu. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan, kita mudah merasa marah, kecewa, atau bahkan merasa gagal. Stoikisme mengajarkan bahwa kita sebaiknya mengganti ekspektasi dengan penerimaan yang lebih realistis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline