Lihat ke Halaman Asli

Naufal Ananda Putra

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam

Riwayat Pendiri Muhammadiyah Sang Teolog Al-Maun

Diperbarui: 15 Mei 2023   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fpsm.umy.ac.id%2Fkiyai-ahmad-dahlan-dan-arah-kiblat%2F&psig=AOvVaw3GxY-HzDCgZCjj2bCpBi6S&ust=16842240

Seorang tokoh nasional dengan SK. Nomer 657 tahun 1961 ini adalah pencetus organisasi masyarakat Islam pertama di era pra-kemerdekaan. Organisasi yang berhasil didirikannya ini sudah ada beberapa tahun sebelum Nahdlatul Ulama, al-Irsyad, maupun Persis. Lahir di Kauman, Yogyakarta pada 1 Agustus 1868 dan dimakamkan di Karangkasen, Yogyakarta pada 23 Februari 1923.

Beliau lahir dengan nama kecil Muhammad Darwis dari pasangan KH. Abu Bakar dan Siti Aminah. Lengkap dalam darahnya terdapat campuran priayi dari sang ibunda dan ulama yang berasal dari ayah. Pada masa itu KH Abu Bakar adalah khotib dari Masjid Agung Yogyakarta sedangkan Nyai Siti Aminah merupakan keturunan dari KH Hasan yang menjabat Kepengulon Kesultanan Ngayogyakarta.

Dari kecil Muhammad Darwis memang berwatak rajin dan jenius. Hal itu dibuktikan dengan ngajinya yang berkembang lebih cepat daripada anak seusianya. Di usia 8 tahun beliau berhasil khatam 30 juz al-Quran dengan baik. Disekelilingnya selalu banyak teman yang mengikutinya bak pemimpin. Apalagi Darwis sangat pandai dalam permainan masa itu seperti layang-layang, gasing, maupun dalam membuat barang-barang yang lain.

Masuk di usia remaja, rasa ingin tahunya semakin membara. Disertai dengan lingkungan paraa pecinta ilmu pula, Muhammad Darwis berguru ke banyak ahli. Beliau belajar kepada KH Muchsin (Nahwu), KH M. Shaleh (Fiqih), K. Raden H Dahlan (Falak), Kiai Mahfudz, Syaikh Khayyat (Hadist), Syaikh Amin, Sayyid Bakri Syatha (Qiraah al-Quran), Syaikh Hasan (racun binatang buas), R. Ngabehi Sastrosugondo, R. Wedana Dwijosewoyo dan Syaikh Muhammad Jamil Jambek.

Di usia dewasa awal alias 21 tahun Darwis menikahi sepupunya yang bernama Siti Walidah. Tak lama setelah menikah Ia memutuskan berangkat haji di tahun 1890, pada saat itulah Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan atas saran gurunya yaitu Sayyid Bakri Syatha. Nama pemberian ini memiliki arti pembawa berita yang terpuji.

Selama 5 tahun tinggal di Makkah beliau banyak mengkonsumsi tulisan para tokoh pembaharu seperti Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Pulang dari Makkah Ia banyak membantu ayahnya untuk ikut mengajar dan menggantikan beliau mengisi kuliah sesekali di Masjid Agung. Barulah setahun kemudian Ia menggantikan ayahnya sebagai khatib karena KH Abu Bakar telah meninggal.

Dipengaruhi oleh kondisi di masa penjajahan serta pemikiran para pembaharu Ahmad Dahlan mulai berfikir untuk mendirikan Pendidikan semacam Kweekschool. Namun disertai dengan perpaduan pengajaran agama dan umum bersamaan. Pendidikan ini berdiri dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Islamiyah. 

Awalnya hanya ada tujuh meja dengan tiga kursi panjang beserta papan tulis di ruang tamu. Jumlah muridnya hanya ada sembilan orang, akan tetapi ini lah yang akan menjadi cikal bakal organisasi terbesar ke dua di Indonesia. Berdiri pada 18 November 1912 yang diketuai oleh KH Ahmad Dahlan, Pahlawan Indonesia.

Sumber:

1. Darwis Berganti nama Ahmad Dahlan, ini Alasannya

2. Nafilah Abdullah, "Muhammad Darwis"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline